Mohon tunggu...
Vinsens Al Hayon
Vinsens Al Hayon Mohon Tunggu... Guru - Penyuluh-Guru

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pesta Paduan Suara: Antara Lomba dan Persaudaraan

9 September 2022   19:25 Diperbarui: 9 September 2022   19:42 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Pribadi. Kontingen yang juara.

Dok pribadi. Kontingen Kab. Kupang.
Dok pribadi. Kontingen Kab. Kupang.

Atas kesepemahaman ini, tidak ada keterbelahan, tidak ada blok-blokan atau sikap meminggirkan antarkontingen perlombaan. Yang ada hanya saling menyanjung yang terekspresi secara lahiriah dalam "applause meriah" bagi yang juara dan jadi nominator.

Ketika "Standing Applause" dari sesama kontingen yang belum beruntung (tidak juara/ belum dapat nominasi), ekpresi persaudaraan, persatuan, persekutuan sejati menjadi nyata. Ini bukti "kesesamaan" dalam "kebersamaan"  sebagai  satu komunitas seiman.

Maka "mantul" pernyataan filosofis ini: "Aku menjadi sebagaimana engkau ada, dan engkau ada sebagaimana aku menjadi." Makna eksegetisnya adalah yang juara dan belum juara adalah hasil dari suatu proses yang dikerjakan sejauh ini dan para juri (penilai) memberikan penilaian sebagaimana adanya, sungguh obyektif.

Juara dan belum juara adalah ujung dari berproses. Katakanlah, hasil yang didapat berdasar pada segala upaya, yang terangkum dari semua aktivitas yang dilakukan sejak sebelum hingga pagelaran (perlombaan) terjadi. Dan disinilah letak nilai eksistensial dari Pesparani sebagai perayaan persaudaraan.

Pesparani juga merupakan ajang meningkatkan persekutuan umat sehingga tatkala tidak juara, berlapang dada menerimanya dan tatkala menang tidak membuatnya "gede rasa" namun menjadi tempat pembelajaran bagi "kontingen lain." Aksi lanjutnya, "Nama Tuhan dimuliakan."

Jika demikian maka apabila terjadi hal yang bertentangan dengan visi, misi, dan harapan mulia dari Pesparani maka kebersamaan yang dirajut dalam dan melalui Pesparani belum maksimal dan persekutuan sebagai saudara seiman belum optimal, lantaran masih tersandera kepicikan karena cara pandang kelompokisme dan ego kesukuan-kedaerahan.

Dok. Pribadi. Opening ceremony Pesparani Tk. Prov. 2022
Dok. Pribadi. Opening ceremony Pesparani Tk. Prov. 2022

Jika pesparani tidak dipandang sebagai perayaan persaudaraan dan lebih utamakan perlombaan/ persaingan maka persembahan terbaik dalam cinta kristiani belum terwujud. Masih jauh pangang dari api. Belum nampak "pengorbanan dan penyangkalan diri." Mengapa demikian?

Jawabannya, karena paham "homo homini socius" belum mewarnai kehidupan setiap kontingen yang hadir. Para kontingen dan semua pengurusnya belum melihat suatu mimpi mulia dari pesparani yang harus jadi kenyataan, yakni "Yang juara itu saudara saya dan yang belum menang itu sahabat saya."

"Kita semua basodara, dan Pesta Paduan Suara Gerejani Katolik adalah sarana pengangkatan unsur ilahi yang ada dalam diri masing-masing kita ke tingkat yang lebih tinggi sehingga ada kesadaran manusiawi  untuk memuji "Opus Magna Dei" (karya agung Allah) bagi manusia umatNya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun