Mohon tunggu...
Vino Warsono
Vino Warsono Mohon Tunggu... -

Kelahiran 30 Juni/5 Sya'ban 1399 di Kaplongan Lor, Karangampel, Indramayu. Pernah diterima kuliah di Sospol UNDIP Semarang dan kuliah Bisnis di UNTAG Cirebon. Pernah bergabung dalam partai PPP & PAN. Pernah memimpin beberapa Ormas (Islam & Umum). Pernah aktif menulis Sastra untuk Majalah Muslimah, Mitra Dialog Cirebon-Pikiran Rakyat Group, dan Cirebon FM (2001-2004). Pernah bekerja sebagai Waiter, Pramuniaga, dan menjadi seorang Manager di sebuah Perusahaan Retail Swasta Nasional. Sekarang sedang membangun sebuah usaha dalam bidang Olahraga (Vino Sportainment Store) sebagai seorang Entrepreneur

Selanjutnya

Tutup

Politik

Nila Gagal Menjadi Menteri Gara-Gara Rokok?

23 Oktober 2009   04:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:33 2206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_17825" align="alignright" width="206" caption="Ilustrasi Rokok/Shutterstock"][/caption] Berita dan isu mengenai kegagalan calon Menteri Kesehatan, Nila Juwita Alfansa Farid Moeloek terus berkembang. Di Metro TV pun, dalam acara yang selalu ditayangkan pagi-pagi dalam bedah editorial Media Indonesia, banyak penelpon yang berkomentar dan mempertanyakan macam-macam mengenai kegagalan Nila untuk menjadi Menteri Kesehatan tersebut. Sedikit mengulas bedah editorial Media Indonesia di Metro TV. Disebutkan bahwa Nila adalah seorang guru besar UI dan dokter spesialis dokter mata yang sudah berpengalaman sebagai dokter yang prakter dan terjun langsung di lapangan. Juga sebagai seorang guru besar. Nila sudah sangat terbiasa dengan besarnya tekanan yang dihadapinya setiap kali berkecimpung di dunianya. Dan selama ini pula Nila selalu bisa mengatasi berbagai masalah dengan baik. Jadi apabila alasannya adalah Nila kemungkinan tidak tahan terhadap tekanan dan stress, saya pikir adalah argumentasi yang perlu dibuktikan terlebih dahulu. Banyak hal yang bisa ditempuh oleh SBY sebagai Presiden untuk membuktikan kegagalan Nila menjadi Menteri Kesehatan. Salah satu dengan membuktikan hasil jejak rekam medis yang sudah dilalui Nila. Mempertegas status Nila, menerangkan persyaratan apa yang gagal ditempuhnya. Pencitraan yang demikian terhadap ketidaktahanan seseorang yang dicalonkan sebagai seorang Menteri dalam mengelola stess adalah sangat absurd. Tentunya Presiden SBY sudah mengetahui banyak tentang latar belakang orang-orang yang akan dicalonkan sebagai pembantunya tersebut. Maka satu hal yang muskil apabila dikatakan Nila orang yang tidak tahan stress. Setidaknya ini adalah penilaian yang dilatar belakangi dari aktifitas yang dilakukan oleh Nila sehari-hari. Sebagai seorang guru besar. Penggiat Dharma Wanita dan lain-lain. Muncul dugaan lain, bahwa kegalalan Nila menjadi Menteri Kesehatan adalah karena factor X. Misalnya tekanan asing terhadap SBY. Faktor tekanan dari pengusaha rokok. Kita ketahui bersama suami dari Nila adalah Farid Moeloek, seorang mantan Menteri Kesehatan. Sekarang ini Farid aktif dalam kegiatan pengendalian tembakau dan rokok. Disinyalir apabila Nila menjadi Menteri Kesehatan, maka Nila akan diberlakukan kebijakan yang ketat terhadap tembakau dan rokok. Ada juga faktor lain yang diperkirakan SBY lebih memilih Endang Rahayu Sedyaningsih sebagai Menteri Kesehatan Kabinet Indonesia bersatu jilid 2 ini. Salah satunya adalah kedekatan Endang dengan Namru (Naval Medical Reseach Unit Two). Dengan terpilihnya Endang SBY dapat menghindari tekanan besar dari Amerika. Untuk membuktikan kapasitas dan kapabilitas Endang sebagai Menteri Kesehatan, minggu depan Komisi IX DPR direncanakan akan memanggil Menkes. Menurut Ketua Komisi IX DPR Ribka Tjiptaning, "Agenda kita pertama sengaja kita akan panggil mitra kerja kita menkes baru minggu depan, mungkin hari Senin. Kita akan uji kualitasnya bagaimana. Kita akan melihat visi-misinya tentang kesehatan, rakyat miskin. Kalau dia bisa membikin rakyat miskin tidak lagi ditolak di rumah sakit, baru jago. Harus bisa melaksanakan amanat UU Kesehatan dan UU Rumah Sakit. Kalau bisa program Siti Fadilah (Menkes sebelumnya) juga bisa diteruskan," Ribka berharap Menkes dapat melaksanakan amanat beberapa Undang-undang yang dikawal Komisi IX DPR sebelumnya. Hal ini erat kaitannya dengan semangat DPR menyamakan hak masyarakat atas pelayanan kesehatan. Sekarang mari kita lihat, apakah SBY berani mengungkapkan hal-hal yang dapat dibuktikan secara fakta, apa saja yang mengganjal Nila sebagai calon Menteri Kesehatan. Dan apakah Endang sebagai Menteri Kesehatan yang baru dapat lebih baik kinerjanya dari Menteri sebelumnya Siti Fadilah Supari. So, we wait and see...and do your job with your best! Wahai Menteri Kesehatan yang baru. Link 1; 2; 3

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun