Mohon tunggu...
Financial Artikel Utama FEATURED

Memaknai "Hemat Pangkal Kaya" dalam Perencanaan Keuangan

29 Juni 2018   13:23 Diperbarui: 25 Juli 2020   15:01 7659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Intinya mindset kita yang harus berubah, baik dengan motivasi yang didasarkan pada perasaan positif maupun negatif; seperti yang dicontohkan baru saja. Jika mindset sudah berubah---ibarat sebuah batang besi yang sedang panas sangat ideal untuk ditempa menjadi sebuah pedang yang tajam---maka seseorang harus segera take action.

Misalnya saja, mulai untuk mencatat semua pengeluaran yang ada setiap harinya. Kemudian gandengkan alasan dari tindakan "mencatat peristiwa uang keluar" itu dengan tujuan keuangan kita, yaitu apa yang menjadi target hidup kita entah karena itu adalah suatu keharusan dalam siklus hidup manusia maupun suatu impian pribadi yang membedakan kita dengan orang lain.

"Tapi pensiun kan masih lama pak, masih 20-30 tahun lagi. Godaannya itu lho..."

sumber: knowyourmeme.com
sumber: knowyourmeme.com
Ya. Saya mengerti sekali bahwa yang namanya gaya hidup itu susah sekali untuk diubah dalam sekejap mata. Sebagai salah seorang yang juga punya hobi, saya sangat paham dengan yang namanya 'godaan untuk khilaf'. Apalagi jika gaya hidup yang dimiliki saat ini adalah hasil 'warisan' dari orang tua dan lingkungan kita sejak kecil, terlebih lagi karena manusia juga punya kebutuhan untuk bersosialisasi.

Silahkan saja bersosialisasi, karena itu memang kebutuhan kita. Tapi kita harus bisa mengukur ketebalan kantong kita. Apakah kita punya semacam 'wadah' yang bisa kita isi dengan uang dari gaji, atau pemberian orang tua kita jika kita masih bergantung pada mereka, yang memang boleh kita habiskan karena memang 'wadah' tersebut gunanya untuk itu?

Itulah yang namanya Anggaran Sosial yang bisa dibentuk oleh siapa pun yang memang sudah berniat untuk membiasakan hidup hemat, sembari menghindari label 'pelit' di mata masyarakat tempat dia terlibat. Karena ingat, bahwa hampir siapa pun pasti kelak akan berkeluarga. Dengan berkeluarga, sama artinya dengan seseorang mempunyai tanggung jawab tambahan untuk membiayai individu-individu lain yang bukan dirinya sendiri.

Menghadapi masa pensiun juga sama, karena kemungkinan besar generasi di bawah kita kelak akan memiliki nilai-nilai kehidupan sendiri yang berbeda dengan apa yang orang tua kita anut dan mungkin juga kita anut sampai pada detik ini. 

Dengan semakin derasnya pengaruh dunia luar yang bisa mengubah nilai-nilai tradisional asli masyarakat kita, bukan tidak mungkin kita tidak akan bisa mengandalkan anak kita sendiri lagi untuk mengurus kita sepenuhnya kelak.

Jika tak ada bendungan yang kuat bernama anggaran sosial ini, bisa-bisa jebol pulalah semua harapan indah kita untuk menjalani hidup yang penuh, yang sejak awal memang dibangun tanpa dasar logika keuangan yang kuat. Tujuan keuangan kita pun tak akan bisa kita penuhi.

Setiap tindakan yang kita lakukan atas nama 'penghematan' pun perlu kita evaluasi. Apakah dengan melakukan beberapa hal memang membuat kita semakin dekat dengan tujuan keuangan kita di masa depan? Dan evaluasi biasanya digunakan secara berkala dan harus tertib atau disiplin.

Di bawah ini adalah poin-poin yang bisa digunakan sebagai tips untuk kita semua gunakan agar bisa menjadi hemat:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun