Mohon tunggu...
Vindy Maramis
Vindy Maramis Mohon Tunggu... Pegiat Literasi, Penulis Opini, Ibu Rumah Tangga

Menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Raja Ampat : Syurga Dunia yang Dikapitalisasi

13 Juni 2025   15:50 Diperbarui: 13 Juni 2025   15:50 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar : Raja Ampat. Sumber : iStock.

Selama ini, kita mengira Raja Ampat adalah tempat destinasi impian bagi semua orang karena daya tarik dan keindahan alamnya. Tapi setelah kasus pertambangan nikel yang viral belakangan kita jadi tahu sisi lain dari Raja Ampat.

Bukan sekedar keindahan alam dan keindahan lautnya, tapi apa yang terkadung di dalam perut buminya pun tak kalah menarik bagi sebagian 'manusia unik'. Ya, para kapitalis-oligarki itu ternyata mampu melihat peluang lebih dalam dari sekedar Raja Ampat yang enak dipandang mata, namun mereka-mereka menyulap Raja Ampat yang indah menjadi lubang-lubang untuk meraup pundi-pundi uang.

Perusahan-perusahan tambang nikel yang berjumlah 5 perusahaan -yang ketahuan- ini bermain cantik, izin pertambangannya sudah berjalan kurang lebih 8 tahun sejak diterbitkan tahun 2017, entah sudah berapa triliun keuntungan yang ditelan oleh perusahaan-perusahaan ini.

Media sibuk menyingkap tabir untuk melihat apa yang sesungguhnya terjadi dan siapa sebenarnya dalang dibalik perizinan tambang di 'syurga duniawi'-nya Indonesia.

Yah, walaupun sebenarnya kita semua sudah tahu sama tahu alur berpikirnya, alur ceritanya, dan alur penutupnya, tapi biarlah ini menjadi hiruk-pikuk yang mengiang sementara, agar seluruh masyarakat setidaknya membuka mata, bahwa tidak ada yang memikirkan rakyat sama sekali. Kita juga tahu bukan hanya Raja Ampat yang menjadi korban, serpihan syurga duniawi dibelahan Indonesia lainnya juga sudah banyak yang dikeruk.

Para kapitalis-oligarki diatas sana hanya peduli dengan apa yang terkandung dibawah tanah yang dipijak oleh rakyat, setelah rumahnya dikeruk, rakyat hanya kebagian limbah dan kerusakan alamnya.

Suka tidak suka, lambat laun rakyat akan sadar dan menyimpulkan bahwa semua ini bukan sekedar segelintir orang serakah yang menguasai sumber daya alam sekaligus merusak alam, namun lebih dari itu, semua ini diakibatkan karena kita hidup di dalam sistem yang memang rusak dari akarnya.

Sistem kapitalisme memang di desain untuk para kapitalis-oligarki agar bisa meraup keuntungan sebanyak dan selama mungkin dengan mengabaikan kehidupan rakyat dan kerusakan alamnya. Dimana tambang-tambang itu dibuat, maka rakyat sekitar dan alamnya hanya mampu menahan luka, dirusak dan diabaikan.

Kita tidak boleh lupa bahwa asas dari kapitalisme adalah materi. Prinsip ini akan melahirkan paradigma yang cukup kejam yakni 'tujuan membenarkan cara', artinya apapun yang terjadi, tujuan adalah titik fokus yang harus diimani, sekalipun cara yang dilakukan untuk meraih tujuan itu harus membenarkan semua cara.

Fast-response yang ditunjukkan pemerintah dengan mencabut izin 4 perusahaan nikel di Raja Ampat hanyalah solusi yang pragmatis. Jika masih hidup di sistem kapitalisme, siapa yang tahu 5-10 tahun ke depan akan muncul izin baru dengan perusahaan-perusahaan baru pula.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun