Mohon tunggu...
Liong Vincent Christian
Liong Vincent Christian Mohon Tunggu... Wiraswasta - https://www.facebook.com/Bulirberas-by-Liong-Vincent-Christian-304840243568837

Lahir 20 Mei 1985 Suka menulis tulisan bertema sosial politik dan psikologi. Juga membuat kalimat Bergambar yang diberi label Bulirberas

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pemulihan Kerusakan dan Gejala Pasca Covid19

8 Maret 2021   21:27 Diperbarui: 11 Maret 2021   17:51 916
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

PEMULIHAN KERUSAKAN DAN GEJALA PASCA COVID19

PASCA PULANG RS COVID SETELAH 24 HARI DIRAWAT  DI RS COVID

Oleh; Liong Vincent Christian

Jakarta 8 Maret 2021

https://www.kompasiana.com/vincentcliong/604631a7e32c47323b19e452/pemulihan-kerusakan-dan-gejala-pasca-covid19 

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10158486203558052&id=721668051 

[Tulisan ini pengalaman pribadi pasien bukan teori dari Dokter atau Tenaga medis ahli. Jadi tidak bisa menjadi rujukan tulisan ilmiah.]

Ketika aku keluar dari RS Covid Siloam Kelapa Dua tgl 26 Feb 2021 kemarin terasa beda sekali udara di luar kamar isolasi dengan di ruang isolasi RS.

Pengobatan Covid19 ku (Remdesivir / Cofivor + Dexamethasone + Levofloxacin 750 mg injeksi paket 10 hari)  kebanyakan sudah selesai di tanggal 13 Feb 2021 selanjutnya pengobatan untuk menurunkan D Dimer (tidak ada hubungannya dengan melawan virus Covid19 hanya pengencer darah saja), menunggu kembali ke nikai D Dimer normal di 0.3 sambil menunggu PCR Negatif. Meski pengobatan kebanyakan sudah selesai, tetapi di dalan ruangan isolasi badan terasa sangat sehat. Seperti udara di pegunungan padahal ruangan tertutup semua gedungnya seperti tanpa ventilasi. Saya merasa jauh lebih sehat daripada sebelun kena Covid19.

Aku dengar di ruangan isolasi RS Siloam Kelapa Dua pakai semacam alat untuk mengatur sirkulasi udara dengan positif dan negatif pressure. Lalu ada semacam Hepa Filter yang memfiltrasi sirkulasi udara. Udara di lorong lebih tinggi tekananya daripada di kamar dan kamar mandi di dalan kamar pasien, sehingga udara di kamar tersedot ke kamar mandi lalu ke kipas eksos yang ada di dalam kamar mandi lalu mungkin disaring oleh semacam Hepa Filter.

Aku bercuriga apakah perasaan amat segar yang mungkin berakibat selama aku masih menginap di RS, bahkan ketika kebanyakan pengobatan sudah selesai (dari tgl 13 Feb sampai tgl 26 Feb keluar RS) aku merasa segar sekali bahkan terasa sepertinya lebih segar bugar daripada sebelum Covid19. Aku bercuriga itu akibat udara di lorong lt6 tempat perawatan ruang isolasi pasien Covid telah diberi positif pressure berarti 1 atm lebih sedikit dan melalui filtrasi Hepa Filter. Atau mungkin (bisa mahal sekali biayanya) apakah ruangan diberi pasokan oksigen dalam jumlah tertentu supaya ruangan nya kaya oksigen. Sebab di dalam kamar tertutup, aku jarang menyalakan AC mengapa perasaanku udaranya terasa seperti sedang pergi ke hutan wisata di pengunungan.

Aku sempat mendengar ada alat bernama HBOT yang modelnya seperti decompression chamber biasanya ada di kapal untuk kapal kapal untuk pekerjaan pengelasan bawah laut. Kalau decompression chamber bahkan ada yang mampu tahan tekanan tabungnya sampai 300psi (tidak wajib), daya tahan dinding ruangan bertekanan disesuaikan dengan kebutuhan ruangan HBOT dipakai untuk tekanan maksimal di berapa. Ban mobil saja tekananan nya 30-40psi saja. 15psi = 1,02atm. 1atm (atmosfer) adalah tekanan udara di permukaan air laut. Biasanya terapi HBOT menggunakan tekanan 1,5 sampai 3 atmofer yaitu setara dengan seorang penyelam menyelam di kedalaman 1,5atm=menyelam di laut 5meter , 2atm=menyelam di laut 10 meter, 3atm=menyelam di laut 20 meter, dlsb. Ruangan diisi oksigen murni dinaikkan tekanannya secara bertahap lalu sampai tekanan tertentu kemudian diturunkan tekanannya secara bertahap. Seperti ban mobil dibocorkan tekanan akan turun bertahap.

Menekan udara atau oksigen dalam suatu tabung tahan tekanan harusnya tidak terlalu sulit, seperti memompa udara ke dalam kompressor angin ban yang juga biasa digunakan untuk menjadi sumber tekanan udara untuk peralatan dokter gigi, harusnya membuat alat HBOT tidak terlalu sulit. Meskipun diketahui HBOT bermanfaat. Masalah timbul ketika bicara soal pengoperasiannya;

* Sampai saat ini belum ada SOP yang jelas, pasti dan diakui/dilindungi oleh regulasi dunia kedokteran secara nasional dan internasional. Semua orang mencari aman supaya tidak malpraktik.  

* Jika regulasi sudah ada, kemudian peserta/pasien harus mendapatkan pelatihan untuk melakukan dekompressi ke dalam tubuhnya sendiri supaya tidak menimbulkan rasa sakit dan gangguan lainnya. Peserta wajib melakukan dekompresi dengan menutup hidung, lalu menarik nafas melalui hidung sampai telinga terasa terbuka setelah penyesuaian tekanan udara di dalam tubuh terjadi. Jika peserta acuh tidak melakukan dekompresi tubuhnya sendiri bisa menimbulkan masalah. Penyelam laut dalam lalu tiba tiba naik ke permukaan tanpa mengikuti aturan dekompresi maka bisa mati.

Dahulu ketika saya pernah ikut kursus menyelam pernah diajarkan bahwa ada aturan di tekanan tertentu penyelam boleh menyelam berapa lama, setiap naik misalnya tiap 5 meter perlu waktu tertentu untuk penyesuaian tekanan udara di dalam tubuh dan wajib melakukan dekompresi misalnya dengan cara menutup hidung dan menarik nafas dari hidung hingga telinga terasa terbuka. Pernah dengar cerita ketika nelayan menangkap ikan laut dalam akan mati, membengkak atau bahkan meledak kalau dibawa ke permukaan laut.

 

Berdasarkan link: https://www.wartaekonomi.co.id/read251844/mitra-rajawali-banjaran-kembangkan-hyperbaric-chamber-oxygen-therapy-hbot aku mengutip:

Lebih lanjut, Agus mengatakan, produksi HBOT sendiri secara resmi telah dimulai sejak Jumat, 4 Oktober 2019 di pabrik MRB yang berlokasi di Banjaran, Bandung. HBOT merupakan terapi sistemik dalam dunia kedokteran konvensional. Dilakukan dengan metode menghirup oksigen murni melalui masker, hood, atau endotracheal tube di dalam ruangan bertekanan (hyperbaric chamber atau caisson) yang bertekanan lebih dari 1 atmosfer.

[Definisi umum HBOT merupakan terapi sistemik dalam dunia kedokteran konvensional. Dilakukan dengan metode menghirup oksigen murni melalui masker, hood atau endotracheal tube di dalam ruangan bertekanan (hyperbaric chamber atau caisson) yang bertekanan lebih dari 1 atmosfer.]

Aku coba memikirkan ulang meraba-raba Covid19 ini apa sich? Ada penurunan kadar oksigen di darah mungkin seperti pendaki gunung Himalaya yang kekurangan oksigen di ketinggian dengan dibantu menggunakan ruangan bertekanan yang di isi oksigen murni sehingga diharapkan; pembuluh darah dapat membawa oksigen lebih banyak dari biasanya, padahal kondisinya kemmampuan darah membawa oksigen atau mungkin kemampuan paru menyerap oksigen untuk disalurkan dengan dibawa oleh darah sedang menurun, sehingga tidak terjadi kekurangan oksigen di seluruh organ tubuh. Meskipun suatu gangguan yang mengakibatkan turunnya kemampuan seluruh organ dalam menyerap oksigen tetap ada.

Ketika aku pulang hari pertama jam 7 malam keluar RS setir mobil sendiri, sampai rumah jam 8 malam (tgl 26 malam) jam 22 malam mulai rasa tangan kanan dari siku sampai telapak tangan sakit. Pagi 27Feb melambat rasa sakitnya sampai ke pundak tangan kanan. Lalu kadang kalau berkurang cuma siku sampai telapak tangan kanan. Temanku pernah cerita bahwa gejala itu biasanya dialami sebulan sebelum dirinya kena serangan jantung lalu dipasang ring jantung.

Pagi badan lemas sekali tidak seperti ketika di RS yang segar terus. Jadi seharian tidur. Sampai malam ini rasa sakit di telapak tangan sampai ke siku tetap. Saat pulang rumah sakit aku hanya dibawakan Xarelto tablet 10mg obat pengencer darah untuk diminum 1x sehari selama 10 hari.

Yg aneh tanpa minum obat terkait Covid19 selama tgl 13-26 Feb di ruang isolasi RS Covid Siloam Kelapa Dua, badan terasa lebih segar daripada di luar ruangan RS Covid Siloam Kelapa Dua.

Jadi aku bercuriga apakah mungkin selama aku menginap di RS Covid Siloam Kelapa Dua aku mengalami semacam efek seperti orang menjalani terapi HBOT versi tekanan rendah cuma 1 atm lebih sedikit. Cuma cara ini tentu mahal karena ruangan di lt6 RS Covid Siloam Kelapa Dua cukup luas, tetapi harusnya bisa terbayar karena ada sekitar 16 lorong dikali kira kira 10 kamar per lorong A sampai P jadi anggap 160 kamar isolasi di lt6 tsb. RS Covid Siloam Kelapa Dua adalah RS Covid Swasta yang pasiennya bayar sendiri atau dibayari asuransi.

Setelah sehari di rumah saya belum berpikir untuk mendaftar terapi HBOT, karena saya malas keluar rumah setiap hari dan sedang irit biaya karena sudah sebulan tidak bekerja dan tentunya penghasilan menurun. Saya berpikir apakah kalau saya coba meniru situasi di rumah sakit akan menghasilkan situasi yang sama? Saya coba menghirup oksigen dari tabung oksigen beberapa jam, ada penurunan gejala tetapi bagi saya kurang berarti, belum signifikan. Tentu antara menggunakan oksigen tabung dengan HBOT berbeda karena HBOT diberi tekanan oksigennya sehingga terjadi pemadatan kadar oksigen di udara (oksigen murni bertekanan).

Lalu saya coba ide pengobatan lain yaitu menggunakan Vitamin D3 + K2 + MK7 untuk memperkuat produksi antibodi tubuh saya sehingga diharapkan  mampu dengan sendirinya melawan segala inveksi dan gejala yang diakibatkan Covid19. Sudah dipastikan melalui test PCR bahwa pada tanggal 25 Februari 2021 sudah tidak ada Virus Covid19 baik yang hidup maupun yang mati di dalam tubuh saya, jadi yang dilawan bukan virus tetapi kerusakan dan gejala akibat invensi yang tersisa pasca Covid19.

Saya menonton beberapa video dari Dr. Henry Suhendra SpOT di youtube, misalnya video ini. Tentunya pengetahuan awam saya akan bahasa ilmiah yang sangat kurang bisa mengakibatkan salah mengerti atau salah menyimpulkan. Lebih baik pembaca mencari video video Dr. Henry di Youtube dan mendengarkan langsung, lalu akan menemukan suatu asumsi dan kesimpulan sendiri yang mungkin lebih tepat.

Saya membuat asumsi dan kesimpulan sementara sbb:

* Kadar Vitamin D ideal adalah di angka 80 sampai 100. Ketika saya bertanya ke teman-teman saya yang pernah test laboratorium kadar Vitamin D, kebanyakan di angka 10 sampai paling tinggi yang saya tahu 30. Saya rasa saya sendiri belum tentu lebih baik dari itu sebab jarang berjemur, tidak pernah makan vitamin dan suka terbalik melek malam tidur pagi. Kadar ideal 80 sampai 100, sehingga menganjurkan dalam kondisi normal mengkonsumsi vitamin D  5000IU sampai 6000IU. Itu berbeda dengan kadar ideal vitamin D versi lama yaitu 20 sehingga dianjurkan konsumsi vitamin D cukup 600IU saja. Regulasi dunia kedokteran sangat sulit dan lama prosesnya untuk menyesuaikan dengan perkembangan pengetahuan baru yang bergerak cepat, akibatnya banyak dokter ahli membahas pengetahuan terbaru yang tidak mungkin bisa langsung diperbarui informasinya di regulasi yang resmi. Pengetahuan tengang Vitamin K2 saja baru mulai banyak dibahas di tahun 2014.

* Setiap penggunaan Vitamin D sebanyak 5000IU akan menaikkan angka 7 point. Tetapi jika kondisi pasien sedang melawan Covid19 maka vitamin D yang masuk ke tubuh langsung digunakan untuk membentuk antibodi melawan virus, sehingga bahkan diberi Vitamin D dosis lebih tinggi tampaknya tidak naik naik, vitamin D nya habis untuk melawan virus.

* Titik masimal angka Vitamin D Dalam tubuh adalah 150 tetapi Dr. henry mengatakan titik bahaya sebenarnya adalah di 300.

* Untuk penggunaan Vitamin D dosis tinggi diperlukan vitamin K2 dan MK7. Vitamin K2 mengaktifkan protein Oeteokalsin yang berfungsi membersihkan kalsium di pembuluh darah melalui MGP Matrix Gla Protein. MGP mengikat kalsium di pembuluh darahsehingga tidak menjadi deposit kalsium di pembuluh darah yang kemudian dibawa dan diletakkan di tempat yang semestinya yaitu di tulang. Vitamin K2 lebih banyak dikonsumsi melalui minum suplemen berupa tablet karena pada makanan ditemukan hanya di makanan NATTO Fermented Soybean dari Jepang.   

Bisa saja asumsi saya di atas ada yang tidak 100% tepat berhubung pengertian saya tentang bahasa kedokteran amat terbatas, diharapkan pembaca juga menonton sendiri video Dr. Henry di bawah ini:

* VITAMIN D dan AUTOIMUN - Dr. Henry Suhendra, SpOT https://www.youtube.com/watch?v=ds1QWH7FUZ0

* VITAMIN K2 (volume 3) https://www.youtube.com/watch?v=9NCv1eACWR8

* D3 - DOSIS HARIAN BERAPA SIH? (volume 19)

https://www.youtube.com/watch?v=EememzHXtWQ&t=616s

Saya melakukan eksperimen ke diri sendiri (di luar anjuran dokter) mulai tanggal 28 Feb 2021 (malam) yaitu dengan minum 4x tablet Vitamin D3+K2+MK7 @5000IU = total 20000IU sekali telan. 20 Menit setelah minum 20000IU tsb semua gangguan di tangan dan sakit kepala hilang. Gangguan Sakit di tangan kanan dan sakit kepala muncul kembali di pagi harinya tetapi tidak seberat hari sebelumnya. Lalu tgl 29 Feb 2021 saya coba minum: pagi 10000IU dan malam 10000IU, seharian tidak ada gejala sakit di tangan dan sakit kepala sama sekali. Saya merasa dosis ini untuk sekedar tidak ada gejala ok, tetapi khan saya masa penyembuhan, jadi perlu mengobati luka luka lama ketika bertempur menghadapi Covid, perlu memperbaiki diri bukan sekedar selamat, jadi Tgl 30 Feb 2021 dan seterusnya saya coba minum: pagi 20000IU dan malam 10000IU, rasanya ini angka yang cukup ideal untuk saya anggaplah selama sebulan pasca keluar RS saya akan jalankan. Setiap 4 hari saya menguji tubuh saya dengan sengaja di pagi hari menunda minum Vitamin sampai jam 2 siang, saya coba amati gejala gejala yang muncul jadi saya tahu sampai seberapa tubuh saya telah pulih. Harapan saya supaya saya tidak hanya pulih, tetapi bisa meningkatkan kadar Vitamin D sampai angka ideal yaitu 80 sampai 100. Logikanya kalau antibodi kuat maka saya bisa pertahankan antibodi terhadap Virus Covid19 bisa tetap tinggi, sehingga ke depannya tidak tertular Covid19 untuk ke sekian kalinya.

Sejak di RS Covid sampai hari ini, saya tidak pernah melakukan test laboratorium untuk Vitamin D, tetapi saya berani mengkonsumsi Vitamin D Dosis tinggi 5000IU sampai 30000IU per hari, apa aman?

Jawab: Saya main aman dengan minum Vitamin D3 yang dalam satu tablet yang sama sudah disertai Vitamin K2 dan MK7. Teorinya Vitamin K2 dan MK7 akan membuat Vitamin D yang ada atau yang berlebih terserap ke tulang. Ada produk Vitamin D 5000IU tablet yang dijual tanpa kandungan Vitamin K2 dan MK7, kalau memang kadar Vitamin D diketahui di kondisi rendah atau telah dilakukan test laboratorium kadar Vitamin D maka seharusnya minim sekali resiko penggunaan Vitamin D berlebihan hingga melampaui batas berbahaya. Vitamin K2 dan MK7 itu adalah pengaman kalau sampai kelebihan vitamin D, kalau sudah periksa kadar Vitamin D di darah, kalau tidak kelebihan tidak perlu.

Bagi saya yang orang nekat minum tanpa tahu kadar Vitamin D di darah, malas melakukan test laboratorium Vitamin D, maka saya mengkonsumsi Vitamin D3+K2+MK7 tablet @5000IU. Saya dapat bereksperimen, berapa tablet yang saya minum dan bagaimana respon tubuh saya, jika dihentikan penggunaannya bagaimana respon tubuh saya. Rencana saya jika sudah lewat mungkin satu sampai dua bulan pasca masuk RS Covid19 penggunaan Vitamin D3+K2+MK7 akan saya turunkan ke 10000IU atau bahkan sampai 5000IU saja, asumsi saya khan pabrik nya buat kapsul di angka @5000IU apa mungkin itu jumlah yang tepat untuk menjaga kadar Vit D3+K2+MK7 tetap baik ketika kadar di tubuh sudah baik, kalau pengobatan atau perbaikan ya perlu lebih dari satu kapsul @5000IU.

KEKUATAN MELAWAN VIRUS DAN MENGHADAPI GEJALA

Ada dua hal yang berbeda di sini yaitu; Virus Covid19 yang menyebabkan timbul berbagai infeksi yang menyebabkan muncul berbagai gejala gangguan pasca Covid19; Organ kekurangan oksigen mulai terasa sejak awal Covid misalnya tiba tiba lemas, atau bahkan penurunan kesadaran. Kenaikkan D Dimer di darah akibat suatu inveksi yang diakibatkan virus Covid19 biasanya mulai muncul hari ke 7 dan naik terus sampai maksimal di hari ke 14, tetapi pada pasien yang sudah punya masalah obesitas, gula darah, dlsb bisa saja naik terus sampai titik berbahaya (stroke atau sakit jantung). Biasanya pasien Covid19 dengan gejala ringan sudah merasa cukup sehat jika sampai hari ke 5 sudah tidak ada gejala sehingga kurang waspada terhadap kenaikan D Dimer ini, pulang ke rumah dan melakukan isolasi mandiri.

Gejala yang berbahaya: Kurang Oksigen + D Dimer Naik.

Pengobatan disesuaikan dengan Gejala yang muncul untuk menghindari level berbahaya.

Jadi ada pengobatan untuk melawan Virus Covid19 dan berbagai sumber penyebab infeksi dan ada pengobatan berbeda (sesuai gejalanya) untuk meringankan gejala yang adalah akibat dari infeksi (tidak mengobati infeksi sebagai sumber masalah) misalnya;

* Jika gejalannya kurang oksigen segala usaha dilakukan untuk menambahkan oksigen, entah dengan menghirup oksigen dari tabung, dengan HBOT atau bahkan dengan alat bantu pernafasan Ventilator, jika tidak bernafas maka mati.

* Jika masalahnya adalah gejala kenaikan D Dimer maka segala usaha dilakukan supaya tingkat D Dimer nya dijaga jangan sampai ke tingkat yang merusak organ misalnya stroke atau serangan jantung. 

Pengobatan untuk mengurangi gejala yang diakibatkan oleh Infeksi tidak perlu dilakukan jika tidak muncul gejala tersebut. Jika tidak mengalami Hopoksia (kurang oksigen) maka tidak perlu terapi untuk mengatasi gejala tersebut. Jika tidak mengalami kenaikan D Dimer berlebihan, maka tidak perlu diobati dengan pengencer darah. Penghitungan pemberian obat pengencer darah yang tidak tepat, malah dapat mengakibatkan pendarahan atau darah merembes keluar organ dalam tubuh (tidak tampak), bahkan jika parah sampai perlu transfusi darah karena banyak kehilangan darah.

Pada akhirnya yang bisa melawan virus dan memperbaiki kerusakan adalah antibodi dari tubuh itu sendiri. Antivirus bersifat membunuh semua virus tetapi bisa juga membunuh dan memiliki efek samping ke organ organ yang baik, juga membunuh antibody, karena sifat antivirus yang membunuh tidak pandang bulu. Jadi dengan penggunaan antivirus yang tepat, sambil diberi bantuan agar antibodi yang melawan virus dan sebagian turut terbunuh oleh antivirus terus diperbarui, pasukan yang terbunuh digantikan dengan pengiriman pasukan baru, tubuh bisa menguat, diharapkan dapat menghentikan sumber inveksi. Produksi pasukan antibodi dibantu dengan konsumsi Vitamin D dosis tinggi.

Vaksin juga dapat membantu dengan membuat tubuh mengenal atau punya pengalaman terhadap serangan jenis virus tertentu sehingga antobodi lebih tahu cara menghadapinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun