Di era transformasi digital saat ini, tuntutan terhadap kemampuan literasi dan numerasi menjadi semakin penting, terutama dalam dunia pendidikan tinggi. Sayangnya, realita di lapangan justru menunjukkan tantangan baru. Meski informasi kini lebih mudah diakses, pemahaman mendalam atas informasi tersebut tidak ikut meningkat. Justru sebaliknya, mahasiswa cenderung lebih cepat melupakan karena terlalu banyak informasi berseliweran tanpa makna yang tertanam kuat. SDGs Penelitian Kolaborasi Fakultas (KF) ini termasuk ke dalam No.4 yaitu Quality Education (Pendidikan Berkualitas).
Untuk menjawab tantangan tersebut, Dr. Ir. Vina Serevina, M.M dari Universitas Negeri Jakarta menggagas pengembangan perangkat pembelajaran Fisika Dasar berbasis STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts, and Mathematics). Gagasan ini kemudian diujicobakan melalui kolaborasi dengan mahasiswa Pendidikan Fisika Universitas Syiah Kuala (USK) di Aceh, dengan fasilitasi dari Dra. Nurulwati, M.Pd., CIT, dosen Pendidikan Fisika USK (lihat Gambar 2).
STEAM adalah pendekatan pembelajaran yang dirancang untuk mendorong cara berpikir kritis, kreatif, dan kontekstual. Dalam penelitian ini, pendekatan STEAM diterapkan melalui perangkat yang merujuk pada Rencana Pembelajaran Semester (RPS), materi pembelajaran berbasis Kurikulum Merdeka, dan PowerPoint interaktif yang mengintegrasikan keterampilan abad 21 serta pemanfaatan teknologi informasi.
Temuan Lapangan: Informasi Mudah Didapat, Mudah Dilupakan
Dari wawancara yang dilakukan pada tanggal 22–24 April 2025, para mahasiswa Pendidikan Fisika Universitas Syiah Kuala mengungkapkan keresahan mereka terhadap banjirnya informasi digital. Mereka mengaku, akses terhadap materi memang makin mudah, tapi justru makin sulit dipahami dan cepat terlupakan.
“Kalau sekarang kayak ah ngapain dicatat, nanti minta ChatGPT juga bisa,” ujar seorang mahasiswa saat diwawancara. “Tapi terlalu mudahnya akses itu, buat kami jadi mudah melupakan informasi tersebut.”
Fenomena ini mencerminkan dilema besar yang dihadapi generasi pembelajar saat ini. Akses informasi memang melimpah, tapi makna yang tertanam justru menipis. Hal ini memperkuat urgensi pembelajaran yang tidak hanya mengandalkan hafalan, tapi mengajak mahasiswa membangun pemahaman secara utuh.
Hasil Pretest dan Posttest: Literasi Meningkat Signifikan
Untuk mengukur sejauh mana perangkat pembelajaran berbasis STEAM berdampak pada peningkatan kompetensi mahasiswa, tim peneliti melakukan pre-test (lihat Gambar 3) dan post-test (lihat Gambar 4) kepada 50 mahasiswa pendidikan fisika USK.