Mohon tunggu...
Vinanjar
Vinanjar Mohon Tunggu... Foto/Videografer - -

Hanya penulis amatiran yang sekedar menuangkan hobi nya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengapa Masih Terjadi Bullying di Era yang Sudah Milenial?

7 Desember 2019   14:07 Diperbarui: 7 Desember 2019   14:28 681
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Untuk itu perlu adanya penanganan penanganan kasus bullying, yaitu dengan cara menggunakan Konseling Behavioral. Konseling Behavioral merupakan bentuk adaptasi dari aliran psikologi behavioristik, yang memusatkan perhatiannya pada perilaku yang tampak. Proses konseling behavioral yaitu dengan membantu orang untuk belajar memecahkan masalah interpersonal,emosional, dan keputusan tertentu. 

Jika dilihat lebih lanjut, pendekatan dalam konseling behavioral cenderung lebih direktif, dikarenakan konselor lah yang lebih banyak berperan dalam pelaksanaannya (Rosjidan 1988:243), diantaranya yaitu a) Menyebutkan tingkah laku mal-adaptip; b) Memilih tujuan-tujuan yang masuk akal; c) Mengarahkan dan membimbing keluarga untuk merubah tingkah laku yang tak sesuai.

Penanganan kasus bullying juga bisa menggunakan berbagai macam terapi, salah satunya yaitu dengan menggunakan terapi empty chair. Teknik empty chair (kursi kosong) ini mampu membantu seseorang untuk memperoleh kesadaran secara penuh dalam memproyeksikan konflik yang ada pada dirinya, untuk melakukan pemahaman terhadap urusan-urusan yang tidak selesai yang membebani seseorang dan membantu seseorang mempunyai potensi untuk mendukung dirinya sendiri serta bertanggung jawab pada dirinya dan tidak dipengaruhi oleh orang lain dalam menjalani kehidupan sesuai apa yang dia inginkan. 

Pada seseorang yang menjadi korban bullying yang mengalami konflik unfinished bussinenes (urusan yang tidak selesai) seperti perasaan-perasaan yang tidak terungkapkan seperti dendam, kemarahan, kebencian, sakit hati, cemas, diabaikan, merasa tertekan, sedih, dan sebagainya, karena seseorang tersebut merasa tidak bertangggung jawab atas dirinya bahkan semua kehidupannya dipengaruhi oleh orang lain dan tidak bisa melakukan apa yang dia inginkan. 

Setelah melakukan terapi kursi kosong ini seseorang itu akan mampu mengendalikan perilaku temannya yang melakukan bullying, berani mengeluarkan unek-uneknya kepada sumber unfinished bussines (urusan yang tidak selesai), tidak bingung dan mau mengutarakan masalahnya kepada orang lain, seperti teman, konselor, serta orang tua, tidak merasa tertekan, mulai terlihat percaya diri karena sudah memahami makna perbedaan, serta mulai ikut bergabung dengan kelompok-kelompok lain.

Selain itu juga terdapat terapi kognitif. Terapi kognitif ini bertujuan untuk mengendalikan pikiran negatif yang timbul karena perilaku bullying yang mengakibatkan kecemasan atau pikiran buruk lain yang terjadi karena menjadi korban bullying. Pikiran yang mengakibatkan ansietas dapat mengganggu seseorang sehingga berakibat menjadi kurang bahkan tidak produktif. 

Seperti contoh seorang siswa yang menjadi enggan ke sekolah karena cemas bertemu dengan pelaku bullying. Hal ini akan mengakibatkan ketidaknyamanan psikologis. 

Jika terus berlanjut akan berakibat pada penurunan prestasi yang pada akhirnyaakan menghambat perkembangan anak secara kognitif di sekolah, tentu ini akan berpengaruh pada masa depan korban jika tidak tertangani. Oleh karena itu, penting diberikan terapi pengontrolan pikiran negatif melalui terapi kognitif.

Terapi gestalt juga merupakan terapi yang dapat digunakan untuk penanganan kasus bullying. Terapi ini adalah terapi yang didasari oleh aliras psikoanalisa, fenomenologis, dan eksistensialisme, serta psikologi gestalt yang mengutamakan pada tanggung jawab diri dan keutuhan atau totalitas organisme seorang individu. Individu bukanlah organisme yang terpotong-potong pada bagian tertentu dalam menjalani kehidupannya. 

Terapi ini menekankan pada prinsip kesadaran, perluasan kesadaran dan pemulihan kesadaran pada diri klien tentang here and now. Tujuan terapi ini adalah untuk membantu klien agar berani menghadapi berbagai macam tantangan maupun kenyataan yang harus dihadapi. Dimana klien harus mampu berubah dari ketergantungan pada lingkungan atau orang lain menjadi percaya diri, juga mampu meningkatkan kebermaknaan hidup.

Selain menggunakan terapi juga terdapat cara penanganan yang lain. Banyak usaha yang telah dilakukan oleh konselor atau tenaga pendidik serta orang tua dalam menangani kasus bullying. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun