Pernahkah kalian ditegur oleh seseorang karena berbicara diluar kepasitas atau kemampuan kita. Untuk kalian para mahasiswa atau kandidat legislator suara ini terdengar seperti mematahkan semangat dan mematikan daya pikir. Bagaimana tidak, mahasiswa yang dilatih daya kritisnya dengan berkomentar dipaksa bungkam atas sesuatu yang terjadi di sekitarnya.
Baiklah, untuk menjawab pertanyaan ini memang diperlukan kehati-hatian. Karena, hal ini sangat berkaitang dengan konteks siapa dia dan di bidang apa ia berbicara. Dalam konteks sosial, saya menilai semua orang dapat berkomentar dan berbicara apapun asal tidak menyinggung dan berkaitan dengan SARA. Isu sosial sangat kental dengan kehidupan sehari-hari dan erat kaitannya dengan hak dan kewajiban kita sebagai warga negara.
Bagaimana kita menegakkan hak dan kewajiban kepada negara dan kepada sesame warga negara lainnya. oleh karenanya, saya menilai konteks ini sangat diperbolehkan dalam kehidupan sosial.
Justru akan menjadi boomerang jika masyarakat luas, mahasiswa atau Lembaga Swasaya Masyarakat diminta diam atas perubahan kebijakan, ketidaknyamanan di ruang publik, atau hal-hal lain yang sifatnya bisa diusahakan. Pembicaraan yang sifatnya opini dan diucapkan di ruang publik akan melatih daya kritis dan mengedukasi masyarakat tentang suatu hal.
Sebaliknya, untuk hal-hal yang sifatnya memerlukan diagnosis, rujukan, tindakan, atau anjuran agar seseorang melakukan sesuatu seperti anjuran medis, masyarakat luas tidak dapat sembarangan berbicara. Dalam konteks inilah kita tidak boleh sembarangan berbicara diluar kemampuan atau pengalaman kita.