ooo ine..eeee, ooo Ema..aaaa, mesu malo kami aana halo.. 2x"
Jika diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia kira kira seperti ini;
"ooo ibu ...uuuu, ooo Bapa.. aaaa, dunia ini sangat susah 2x
Harap dengan tanta, beri makan dengan marah-marah
Harap dengan paman, beri makan dengan perhitungan
Harap dengan adik, adik masih kecil.. ooo ibu.. uuuu ooo bapa..aaaa,
sungguh sedih kami anak yatim piatu.. 2x"
Aku tidak tahu, kenapa setiap jam pelajaran Bahasa Indonesia aku selalu diminta untuk bernyanyi di depan kelas. Padahal aku tidak pernah berbuat kesalahan. Aku senangsenang saja ketika aku diminta untuk menyanyikan sebuah lagu. Aku salah satu siswa yang paling kecil dan pendek dari temantemanku.
Setiap pulang sekolah, aku ke baba Engku. Satu-satunya pengusaha Cina yang biasa dipanggil "baba engku," ambil es dingin untuk dijual keliling kampung. "Es, es, essss... Es, es, essssss...Es, es, esssss", dengan termos es di pundak sambil berteriak "es, es, essss" sepanjang jalan memanggil orang orang untuk membeli es.
Jika semua es laku terjual, aku mendapat upah dua puluh lima rupiah sampai lima puluh rupiah per termos. Satu termos biasanya berisi 25 buah sampai 30 buah es dengan harga Rp25 per buah. Menjual es sepulang sekolah ternyata membuat aku jadi lupa diri, aku menjadi sering bolos sekolah.
Setiap pagi aku pamit kepada kedua orang tuaku untuk ke sekolah, di tengah jalan aku sembunyi di hutan mencari umbi hutan (bengkuang) untuk dimakan. Ketika teman-teman pulang sekolah, aku juga keluar dari persembunyian kembali ke rumah. Kedua orang tuaku tidak pernah tahu, bahwa aku tidak sekolah, tidak terasa sudah satu bulan aku tidak sekolah.