Mohon tunggu...
Viecky Alan AlFath
Viecky Alan AlFath Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

kamu terlalu good day buat aku yang kapal api hitam

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cara Menulis Paragraf yang Baik dalam Cerita Pendek atau Novel

21 Mei 2023   11:49 Diperbarui: 21 Mei 2023   12:07 938
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Paragraf adalah pengelompokan beberapa kalimat yang saling berhubungan yang membentuk topik tertentu. Paragraf yang baik setidaknya memuat dua kalimat atau gagasan. Namun, paragraf biasanya terdiri dari empat hingga sepuluh kalimat, tergantung bagaimana penulis ingin mengembangkan idenya. Menulis cerita pendek atau novel tentu saja membutuhkan cerita bergaya paragraf, yang tertata dengan baik. Tujuan sebuah cerita adalah untuk menyampaikan pesan yang mendukung cerita tersebut, bukan pesan yang disampaikan melalui dialog.


Berikut adalah cara menyusun paragraf yang baik:


1. Kesatuan
Sebuah paragraf harus memiliki satu gagasan utama. Gagasan utama ini menjadi dasar agar kalimat lain tidak menyimpang dari jalur yang diberikan. Kesatuan paragraf merupakan inti dari keterbacaan paragraf. Juga, jika kita akan menyampaikan pernyataan yang panjang, kita perlu koherensi agar kalimat pendukung lainnya tidak menyimpang. Seperti hatiku hancur saat bertemu denganmu (oh, abaikan kalimat itu). 

Saya belum memberikan contoh yang sulit ini. Sebagai contoh pertama, lihat saja asrama saya, bayangkan, dan saya akan menyampaikan pesan dari detailnya. 

Ini adalah asrama saya. Berukuran kurang lebih 34 meter persegi, dinding tripleknya dibalut warna putih kusam. Ada jendela tingkap di sebelahnya, di sebelah gang sebelah. Tidak ada yang mewah, hanya kasur busa tanpa tempat tidur bayi, lemari kecil dan cucian kotor yang beberapa bulan terakhir berteriak-teriak terkena percikan air bercampur detergen. Yah, sesederhana itu. Namun, bagi saya ini adalah surga.. 

Gagasan umum dari perikop di atas adalah kalimat pertama: Ini kamar kos saya. Sedangkan kalimat lainnya adalah kalimat pendukung yang memberikan informasi tentang ide pokok dari wacana tersebut. 

Perhatikan kalimat-kalimat lainnya yang semuanya menjelaskan bagaimana kamar kos itu, mulai dari dinding, jendela, hingga isinya. Jadi intinya, saat menulis sebuah paragraf, usahakan untuk tidak menyimpang dari gagasan utama yang disampaikan di kalimat pembuka (atau mungkin di kalimat terakhir). Alih-alih menulis paragraf, diskusikan sesuatu selain gagasan utama dalam kalimat, seperti:


Ini adalah asrama saya. Saya baru pindah ke sini kemarin karena kabur dari rumah. Sebenarnya saya juga tidak ingin pindah kesini, tapi karena sakit hati ditinggal pacar saya, akhirnya saya kabur dari rumah. Pasalnya, rumah pacar saya hanya berjarak tiga blok dari rumah saya. Ini sangat menyakitkan! Whoooo! Faktanya, kami telah berpacaran selama 40 tahun sejak sebelum kami lahir, dan bukan untuk disingkat. Hatiku sakit, sakit seperti diiris bawang merah. Nah, beda kan? Mari kita bicara tentang kamar kos dulu. Diskusikan melarikan diri dari rumah dalam kalimat lain. Ditambah lagi pembahasan masalah kencan. 

Nah, beda kan? Mari kita bicara tentang kamar kos dulu. Diskusikan melarikan diri dari rumah dalam kalimat lain. Ditambah lagi pembahasan masalah kencan. Saya ngelantur kemana-mana, dan berbicara tentang kemungkinan tukang ojek yang mengirimnya ke asrama paragraf demi paragraf.

2. kepaduan 

Syarat kedua yang harus dimiliki sebuah paragraf agar enak dibaca adalah koherensi atau koherensi. Paragraf bukanlah kumpulan kalimat-kalimat yang berdiri sendiri dengan pikirannya sendiri, melainkan hubungan timbal balik antara semua kalimat.
Kata atau frasa transisi yang umum digunakan adalah:
a. Menunjukkan hubungan penjumlahan, misalnya: selanjutnya, tambahan, berikutnya, sebagai tambahan itu, juga, setelah semua, selanjutnya, demikian pula, dll.
b. Menunjukkan hubungan perbandingan, misalnya: hal-hal lain, seperti, meskipun, meskipun, dalam hal demikian, dll.
c. Menunjukkan hubungan yang kontradiktif, seperti: tetapi, akan tetapi, sebaliknya, tidak sama sekali, padahal, dsb.
d. Nyatakan hubungan akibat, misalnya: Oleh karena itu,Kemudian, karena itu, akibatnya, karena itu, dan seterusnya.
e. Nyatakan hubungan tujuan, misal: nanti, setelah, lalu, dst.
f. Menunjukkan hubungan singkatan, misalnya: singkatnya, singkatnya, singkatnya, seperti pada umumnya, contoh, sebenarnya, seperti yang kita ketahui, dll.
g) Menunjukkan hubungan tempat, seperti: disini, disana, berdekatan, berdekatan, berdampingan. Selain itu, konjungsi atau frasa (a) hingga (d) tidak boleh ditempatkan di awal paragraf.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun