Pendidikan jasmani (PJOK) merupakan salah satu pilar penting dalam pengembangan karakter dan kesehatan peserta didik. Melalui PJOK, siswa tidak hanya diajarkan teknik olahraga, tetapi juga nilai-nilai sportivitas, disiplin, kerja sama, dan gaya hidup sehat. Dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran PJOK di sekolah serta memberikan pengalaman lapangan kepada mahasiswa, Universitas Negeri Malang (UM) melalui Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) menjalankan program Asistensi Mengajar di berbagai sekolah, salah satunya di SMP Negeri 1 Tumpang.
Sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (PJKR), keterlibatan langsung di lingkungan sekolah merupakan kesempatan berharga. Program asistensi ini menjadi jembatan antara teori yang kami pelajari di kampus dengan praktik nyata di lapangan. Di SMP Negeri 1 Tumpang, kami berperan sebagai asisten guru PJOK, membantu dalam perencanaan pembelajaran, pelaksanaan kegiatan olahraga, hingga evaluasi proses belajar siswa.
Integrasi Ilmu dan Praktik Lapangan
Selama program berlangsung, kami belajar banyak tentang bagaimana menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang menarik, memfasilitasi permainan edukatif yang sesuai usia, dan mengelola kelas secara efektif. Tidak hanya itu, kami juga diajak untuk berinovasi---menciptakan variasi aktivitas gerak, memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai media pembelajaran, serta menjalin komunikasi yang baik dengan siswa.
Guru PJOK di SMP Negeri 1 Tumpang menjadi mentor yang membimbing kami dengan sabar. Dengan pengalaman dan pendekatan yang humanis, beliau membuka ruang diskusi dan refleksi setelah setiap pertemuan. Melalui bimbingan tersebut, kami tidak hanya memahami konten materi, tetapi juga makna mendalam dari menjadi seorang pendidik.
Tantangan dan Solusi
Salah satu tantangan utama dalam mengajar PJOK di tingkat SMP adalah menjaga antusiasme siswa di tengah keterbatasan fasilitas dan kondisi cuaca. Namun, dengan kreativitas dan adaptasi, kami berhasil mengubah hambatan menjadi peluang. Misalnya, saat hujan turun dan lapangan tidak bisa digunakan, kegiatan kelas dialihkan ke ruang tertutup dengan permainan motorik sederhana yang tetap menyenangkan.
Pendekatan berbeda juga kami terapkan untuk siswa dengan minat atau kemampuan yang beragam. Kami belajar mengedepankan inklusivitas dalam pembelajaran PJOK, sehingga setiap siswa merasa dilibatkan dan dihargai.
Dampak dan Harapan
Program asistensi mengajar ini memberi dampak positif, baik bagi siswa maupun kami sebagai mahasiswa. Siswa merasa senang karena memiliki variasi metode belajar yang baru dan lebih aktif, sementara kami mendapatkan pemahaman nyata tentang dunia pendidikan. Program ini juga memperkuat semangat kami untuk menjadi guru PJOK yang inspiratif dan profesional di masa depan.
Kami berharap program ini terus berlanjut dan ditingkatkan cakupannya. Kolaborasi antara kampus dan sekolah seperti ini merupakan langkah konkret dalam menjawab tantangan pendidikan abad ke-21, di mana guru dituntut adaptif, reflektif, dan inovatif.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI