Mohon tunggu...
Vicky Laurentina
Vicky Laurentina Mohon Tunggu... Penulis - Food blogger Indonesia

Saya melakukan food blogging di http://vickyfahmi.com.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Bukber Virtual, Trend Apa Pula Ini?

25 April 2021   18:10 Diperbarui: 25 April 2021   18:21 687
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mau bukber virtual tapi masih sibuk menyiapkan meni buka puasa sendiri / dokpri

Ya ampun, bukber virtual? Padahal bukber non virtual aja saya rasan-rasan (Jawa: rasan-rasan = males) dateng..

Saya sendiri entah gimana dari dulu ogah tertarik sama bukber. Entah itu bukber yang diselenggarakan sama kantor, atau bukber yang diselenggarakan sama alumni sekolah.

Coba dipikir, dari sisi bukber kantor aja. Di undangannya (atau lebih tepatnya, surat perintahnya) aja ada tulisan: Mohon kedatangan jam 16.00. Membuat saya terheran-heran, kenapa harus dateng jam 16.00 padahal adzan Maghrib-nya aja jam 17.30? Terus 90 menit sebelum bukber itu ngapain, kudu basa-basi?

(Dan yang namanya basa-basi bahan pembicaraan teman sekantor itu pasti nggak jauh-jauh dari urusan kerjaan. Seperti nggak kurang mumet aja tiap hari di kantor, sudah sore pun masih ngomongin kerjaan.)

Bukber alumni beda lagi. Pasti diselenggarakannya di restoran. Dan ada yang ngaret. Akan ada yang dimintain nge-tag tempat duluan di restoran yang udah di-booking. Karena nge-booking meja kosong di restoran itu perlu biaya lagi. Artinya akan ada yang disuruh berkorban menunggu. Siapakah tumbal itu?

Bukber virtual jelas nggak memerlukan itu. Nggak ada yang nyuruh datang 90 menit sebelum adzan Maghrib. Nggak ada yang harus ngetag meja duluan di restoran. Tapi persoalannya, buat apa?

Berdasarkan hal-hal yang sukses membuat saya mengerutkan kening selama bukber-bukber tidak virtual, kemudian saya paham kenapa saya nggak suka bukber: Karena selalu ada yang datang terlambat. Seolah-olah orang yang datang tepat waktu itu nggak cukup berharga waktunya karena harus menunggu yang terlambat.

Sampai-sampai saya akhirnya menandai siapa-siapa aja handai taulan saya yang sering dateng telat. Yang tukang telat nggak akan saya ajakin bukber. Dan akhirnya kesimpulan dari daftar itu, saya nggak punya teman buat diajakin bukber karena temen saya tukang telat semua..

Bahkan bukber virtual nggak menjamin untuk tidak telat. Pernah saya ajakin temen-temen segeng buat ngobrol-ngobrol virtual (ya memang bukber bukan sih). Janjian tanggal segini, jam segitu. Pada pelaksanaannya, 60% dateng telat lebih dari 15 menit.

Semakin bertambah usia, dan semakin banyaknya temen-temen saya yang sudah mempunyai keluarga sendiri, makin resisten buat diajakin bukber. Alesannya macem-macem, tapi sebetulnya intinya satu: Kan sebaik-baiknya bukber itu adalah buka bersama keluarga sendiri. Karena sebetulnya Ramadhan adalah bulan untuk kembali kepada keluarga. Apalagi di masa pandemi begini, ketika kebersamaan nyawa sekarang jadi barang mahal.

Lalu akan ada opini, ya udah ketika bukber virtual, keluarganya diajakin aja. Jadi kalau ada 5 peserta bukber virtual, masing-masing boleh ajakin suami, istri, bahkan anak. Jadinya rame tho?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun