Mohon tunggu...
Vercelli Gipsy A. Larasati
Vercelli Gipsy A. Larasati Mohon Tunggu... Universitas Sebelas Maret

Mahasiswa Hubungan Internasional

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Nikkei Cuisine: Produk Globalisasi melalui Sentuhan Rasa

27 Juni 2025   17:30 Diperbarui: 27 Juni 2025   17:01 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Maki acevichado, hidangan Nikkei yang paling ikonik (Sumber: Freepik)

Pernahkan anda terbayangkan irisan sashimi berpadu dengan cita rasa jeruk nipis dan cabai khas Peru? Hasilnya adalah Nikkei cuisine, sebuah manifestasi bagaimana globalisasi dapat terwujud lewat sentuhan rasa. Nikkei cuisine tidak hanya sebatas tren kuliner saja, tetapi juga sebuah fenomena nyata akibat globalisasi yang disajikan di atas piring. Berawal dari pertemuan budaya Jepang dan Peru, hidangan ini menunjukkan bagaimana batas-batas geografis melebur dan menciptakan sebuah rasa baru yang hingga kini dinikmati semua orang di belahan dunia.

Globalisasi merupakan proses penyebaran pengaruh oleh berbagai negara di dunia ini. Pengaruh tersebut dapat melalui kebudayaan, ilmu pengetahuan, hingga pemahaman filosofis. Globalisasi dapat juga dilihat sebagai proses sejarah yang mempertemukan satu negara dengan negara lain yang memiliki tujuan untuk mewujudkan suatu tatanan kehidupan yang baru dengan meleburkan batas-batas geografis, ekonomi, dan budaya. Di samping itu, globalisasi juga menggerakan manusia, ide, dan selera. Aktor globalisasi yang meliputi negara, perusahaan multinasional, media internasional, pelaku seni, hingga migran turut andil dalam mendorong pertukaran lintas budaya ini. Aktor-aktor tersebut tidak hanya sebatas menjadi perantara dalam penyebaran produk dan informasi, melainkan juga sebagai agen yang membentuk gaya hidup baru, memperkenalkan budaya populer, dan menciptakan interaksi antarmasyarakat lintas negara. 

Pada tahun 1899 hingga 1930-an, sekitar 23 ribu imigran asal Jepang datang ke Peru. Para imigran tersebut membawa tradisi kuliner khas Jepang, seperti teknik memotong ikan mentah (sashimi), penggunaan miso dan shoyu, serta prinsip kesegaran dalam menghidangkan makanan. Akan tetapi, keterbatasan bahan masakan membuat para imigran harus beradaptasi dengan bahan-bahan yang tersedia di Peru, yang kemudian melahirkan hybrida culinary, yakni Nikkei cuisine. Pada awalnya, makanan ini dianggap asing dan tidak enak. Namun, popularitas hidangan Nikkei mulai meningkat pada akhir tahun 1990-an. Hal ini disebabkan oleh keinovatifan dua chef imigran, yakni Nobu Matsuhisa dan Toshiro Konishi, yang mengadopsi masakan Nikkei dan memperkenalkannya ke kota-kota lain. 

Nikkei cuisine merupakan hidangan fusion yang menggabungkan bahan masakan khas Jepang dan Peru yang disertai tahapan khusus sehingga tidak asal campur. Bahan masakan tersebut nantinya akan melalui proses seleksi dan legitimasi. Kunci dalam Nikkei cuisine, yakni rempah-rempah khas Jepang, seperti shoyu, miso, Ajinomoto, hondashi, wasabi, dan kari,csedangkan komponen pendukung khas Peru meliputi aji atau cabai Peru. Di samping itu, kualitas ikan, kerang, dan bahan lautnya juga sangat diperhatikan. Salah satu hidangan Nikkei cuisine yang paling ikonik adalah maki acevichado, yang berisi ikan yang dimarinasi dengan gaya Peru, digulung dengan nasi, alpukat, atau bahkan rumput laut. Meskipun terdapat penggabungan antara cita rasa khas Jepang dan Peru, Nikkei cuisine berfokus pada filosofi, konsep, dan identitas. 

Seiring berjalannya waktu, Nikkei cuisine mulai diakui secara global. Popularitas Nikkei cuisine di berbagai restoran di dunia disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, adanya kebijakan pemerintah Peru pada tahun 1960-an yang bertujuan untuk meningkatkan konsumsi seafood di Peru sehingga menyebabkan peningkatan angka konsumsi seafood di akhir 1970-an dan berkontribusi pada popularitas Nikkei cuisine. Kedua, tren sajian sushi di beberapa negara, terutama di Amerika Serikat sehingga memberi peluang bagi beberapa restoran untuk menyajikan Nikkei cuisine di menu mereka. Ketiga, peningkatan status komunitas Jepang-Peru yang didukung oleh aliran dana dari Jepang ke Peru dan pengaruh kebudayaan yang dibawa oleh imigran Jepang. 

Kehadiran Nikkei cuisine menjadi wujud nyata bahwa globalisasi ternyata tidak harus menghapus identitas budaya asli, justru menghasilkan produk baru yang lebih inovatif. Perpaduan antara Jepang dan Peru lewat sentuhan rasa Nikkei tidak membuat satu budaya mendominasi budaya lainnya, tetapi menciptakan rasa baru yang mempresentasikan kedua negara. Hanya lewat satu gigitan maki acevichado, kita bisa mencicipi sejarah, migrasi, dan globalisasi dalam cita rasa sebuah makanan. Dalam hal ini, globalisasi bukan sebagai ancaman, melainkan sebagai ruang inovasi bagi simbol penggabungan budaya yang unik.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun