Mohon tunggu...
Vera Syukriana
Vera Syukriana Mohon Tunggu... Guru - guru

meyakini dan mensyukuri adalah awal kesuksesan

Selanjutnya

Tutup

Diary

Jejak Langkah Sang Guru (Part 2 Kelahiranku)

12 April 2021   10:33 Diperbarui: 12 April 2021   10:58 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Oleh: Vera Syukriana,S.Pd


Sembilan sepuluh hari Mama mengandungku. Dia menahan semua pahitnya kehidupan. Dia sabar dan tetap mempertahankanku hingga keberadaanku diharapkan.

Pagi itu, Mama mulai merasakan sakit diperut. Sakitnya mulai sering dirasakan Mama. Saat itu, Papa sedang berada di sawah sedangkan Mama masih di rumah mempersiapkan makan di dapur untuk keluarga. Kayu bakar yang dibakar untuk memasak nasi tidak jadi digunakan karena rasa sakit yang dirasakan.

Letak dapurku yang terpisah dari rumah, membuat Mama sulit berjalan ke sana. Hanya Uwan ( panggilan kakak laki-laki di daerahku) yang ada di rumah. Wan Hen menangis melihat keadaan Mama. Dia memanggil tetanggaku yang lewat di depan rumahku. Dia menyampaikan keadaan Mama. Tetanggaku langsung memanggil dukun beranak yang ada di kampung.

Setelah itu, tetangga menjemput Papa yang sedang membajak sawah. Mendengarkan Mama akan melahirkan, dia berlari dengan pakaian masih berlumpur sawah. Tak ada yang dipikirkan Papa selain keselamatan anak dan istri.

Sesampai di rumah, Papa melihat sudah ada dukun beranak yang menemani Mama di kamar. Selang waktu setengah jam, tangisan anak bayi menyemarakkan keluargaku. Bayi mungil yang memiliki jari panjang dan berambut lebat menambah kebahagiaan keluargaku terutama kakak laki-lakiku, Wan Hen.

Dia berlari keluar rumah memanggil semua teman. Dia mengumumkan kelahiran adeknya. Teman-teman Wan Hen pun berbondong-bondong datang ke rumah. Mereka di bawa ke kamar. Satu per satu melihat si bayi kecil itu. Karena tidak sabar, semua masuk ke kamar. Kamar yang beralantaikan papan kayu, ambruk seketika dan naas si bayi kecil hampir masuk ke dalam kandang ayam.

Semua ayam berhamburan dan teman-teman Wa Hen berteriak ketakutan. Teman Wan keluar melalui pintu kandang ayam. Untung, si bayi kecil bisa diselamatkan salah seorang teman Wan Hen. Dia memelukku dan tetap bertahan di atas kasur.

Sungguh beruntung nasib si bayi kecil. Bayi yang janinnya tak diharapkan kini lahir dengan selamat dan terselamatkan dari ambruknya papan lantai kamar.
Bayi kecil ini diberi nama Vera Syukriana, lahir pada hari Minggu, 29 November 1987.

Vera yang dari lahirnya memiliki suara melengking dan lebih panjang dari empat orang kakaknya. Kulitnya lebih gelap dari saudara yang lain.

Kehadirannya menambah kebahagiaan keluarga. Air mata kebahagiaan membasahi wajah Mama yang membayangkan peristiwa mempertahankanku. Sujud syukur Mama atas keselamatanku  hingga aku lahir dengan sempurna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun