Sebuah film yang disutradarai oleh Hanung bramantyo ini diangkat dari novel karya penulis besar Pramoedya Ananta Toer. Cerita apik yang dikemas oleh sutradara handal bikin merinding yang nonton.
Tertarik menonton film ini karena nama Pramoedya sudah sangat terkenal dengan hasil penanya yang selalu bagus, harga bukunyapun daru ratusan ribu hingga jutaan. Sampai saat ini belum pernah beli beliau tapi mengetahui bagaimana kejayaan beliau dengan karya-karyanya.
Saat film mau baru dimulai, berkumandang lagu Indonesia Raya dan hampir semua penonton yang ada dalam bioskop berdiri ikut menyanyikan lagu kebangsaan. Hanya beberapa orang yang tetap duduk sambil cekikikan, mungkin menganggap yang berdiri itu lebay. Tak apalah tiap orang punya kebebasan berbuat yang penting tidak merugikan orang lain.
Cerita dimulai dari pengenalan tokoh Minke yang diperankan oleh Iqbal CJR, dia sebenarnya bernama tirto seorang raden mas anak bupati.Â
Yang pada akhirnya bertemu dengan gadis cantik anak nyai Ontosoroh. Nyai adalah sebutan untuk gundik pada jaman Belanda, nyai Ontosoroh sebenarnya bernama Sanikem yang memiliki 2 orang anak dengan orang Belanda asli.
Pertemuan minke dengan keluarga nyai Ontosoroh inilah yang akhirnya menimbulkan banyak konflik, dari pertentangan pernikahan hingga pembunuhan.Â
Disinilah tergambarkan bagaimana sesama orang pribumi akhirnya saling mencaci dan membunuh hanya karena ada 2 kubu yang pro dan kontra dengan pemerintahan Belanda.
Terutama disini juga digambarkan warga yang beragama islam saling berseteru saat mengikuti persidangan mencari keadilan antara nyai Ontosoroh sebagai pribumi dengan keluarga suaminya orang Belanda.
Kisah ini seolah gambaran nyata negri tercinta saat ini.