Kala ide bertumpahan membanjiri jiwa pecinta. Riak semangat menggeliat dengan gejolak nafsu keindahan. Mengalir mencari muara untuk menyetubuhi bulir-bulir kehausan pada rasa yang agung. Gemulai menampakkan keindahan seni anggun.
Namun kuasa yang angkara mencabik, mengoyak, menenggelamkan serakan ide nan agung. Jiwa yang menari terpasung oleh keangkuhan. Terpenjara dalam genggaman ego murahan. Terhempas pada kubangan kecewa yang pekat.
Kau, kau yang berkuasa. Lihat! Lihatlah jiwa yang kau pandang hina ini. Tak ada kata menyerah untuk sebuah karya.Â
Bangit, bangkitlah wahai jiwa nan suci. Tunjukkan kelembutan jiwamu, kecantikan gemulaimu dalam balutan karya yang tak pernah kau pikirkan akan menjadi lebih agung.
Jiwa yang terpasung, menata alur untuk menjadi kisah. Menghidupkan jiwa yang kau bunuh dengan kearoganan. Sebuh karya yang akan menghantuimu. Menari, menggeliat, meliuk di antara kuasamu wahai penguasa.
LihatÂ
Lihatlah kebangkitan jiwa yang terpasung