Mohon tunggu...
Venusgazer EP
Venusgazer EP Mohon Tunggu... Freelancer - Just an ordinary freelancer

#You'llNeverWalkAlone |Twitter @venusgazer |email venusgazer@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Menulis di Kompasiana, 'Pekerjaan' yang Sulit Dipahami Banyak Orang

20 Maret 2017   04:58 Diperbarui: 20 Maret 2017   18:00 872
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ngompasiana memberi pengalaman yang luar biasa (dok.pri)

“Sekali nulis berapa bang?”

“Buat bayar kuota (internet) darimana, bang?”

Beragam pertanyaan muncul ketika menjelaskan aktivitas saya menulis di Kompasiana. Ketika saya menjawab bahwa sama sekali tidak uangnya, hampir semua orang merasa heran.

“Koq mau bang?”

Siapa yang tertarik untuk melakukan pekerjaan secara gratis di era sekarang ini? Bayangkan, kerja tanpa mendapat uang sepeser pun malah hitungannya nombok. Bukan saja soal biaya internet tetapi ongkos transport atau uang makan.

Coba tanya Pak Bambang Setyawan, penerima 2 award di tahun 2016 itu. Berapa dana yang harus dirogoh dari koceknya sendiri ketika membuat sebuah reportase. Dari artikel-artikelnya kelihatan bagaimana mobile-nya kompasianer itu. Bisa hari ini di Cirebon, besoknya kembali ke rumahnya di Salatiga,lalu besok lusanya sudah posting dari Kutoarjo.

Masyarakat berpikir Kompasianer juga sama seperti wartawan. Memang tidak salah sih, karena apa yang dilakukan sama-sama mencari dan menulis berita. Mereka yang melek internet pun banyak yang tidak tahu apa itu Jurnalisme Warga. Kompasiana bahkan dikira Kompas.

Susah dimengerti memang, bahkan oleh keluarga sendiri. Bukan itu saja, oleh sesama blogger pun kita dianggap aneh. Silakan tanya kepada bloger copas dan bloger buzzer atau influencer. Karena ada prinsip setiap artikel yang diposting harus mempunyai nilai ekonomis.

Jika bukan karena uang, apakah menulis demi mencari kepuasan? Begini, ada sebuah kalimat bijak dalam Bahasa Inggris “Live is to give good impact”. Bisa diartikan beragam tetapi intinya bagaimana hidup dapat memberi manfaat bagi orang lain.

Belum lama kita membaca sebuah artikel yang viral, dimana ada seorang janda pejuang yang dulunya hidup di rumah yang mirip kadang hewan mendapat bantuan dari berbagai pihak. Silakan baca di sini. Begitulah, artikel tersebut ternyata berdampak secara luar biasa.

Ketika dulu menulis artikel tentang bom di sebuah Gereja di Medan (baca). Ada agenda yang harus ditunda karena meliput ke lokasi kejadian. Walau tanpa berita tersebut, media-media online sudah pasti memberitakan. Tetapi ada rasa ‘keharusan’ sebagai Kompasianer yang tinggal di Medan untuk membagikannya kepada pembaca Kompasiana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun