Karena cara ini tidak lazim, maka akan memberi efek kejut yang luar biasa. Calon pemilih akan merasa 'diwongke' (jawa). Apalagi jika pemilik rumah bisa curhat kepada caleg.
Walaupun melelahkan, dengan datang dari rumah ke rumah, caleg bisa mendengar langsung dan mencatat apa-apa yang menjadi harapan jika ia nantinya duduk sebagai anggota dewan.
Walaupun membutuhkan waktu, namun caleg bisa mengetahui langsung respon masyarakat. Baik itu positif maupun negatif. Sehingga ia dapat memformulakan strategi berikutnya.
Keuntungan lain adalah caleg bisa menarik simpati masyarakat untuk memilih dirinya. Siapa tidak simpati dengan caleg yang rela datang jalan kaki, berpanas-panas ria, lalu menerangkan dari dekat bagaimana cara mencoblos yang benar?
Simpati bisa juga bercampur dengan rasa iba. Iba? Masyarakat akan berpikir ini caleg mungkin tidak ada uangnya sehingga harus turun sendiri. Karena memang faktanya banyak caleg yang merasa cukup dengan membeli suara agar masyarakat memilih dirinya.
Padahal ditengah masyarakat yang sudah melek politik. Money politic sebenarnya sudah tidak efektif. Masyarakat mungkin akan terima uang. Tetapi belum tentu mencoblos.
Kita harus ingat bahwa tipikal masyarakat kita model masyarakat yang mudah memberi simpati atau iba. Kegigihan caleg seperti itu bisa meluluhkan hati. Dari yang biasa malas datang ke TPS untuk datang memberi suara.
Salah satu caleg yang melakukan cara sosialisasi door to door adalah Sugianto Makmur. Caleg untuk DPRD Sumatera Utara dari Dapil 12 Binjai -- Langkat. Dalam beberapa hari terakhir caleg dari PDI-Perjuangan itu menyapa dari dekat sebagian masyarakat kota Binjai dan Stabat.
Alasannya ia ingin lebih banyak lagi masyarakat yang mengenal dirinya. Bukankah ada ungkapan tak kenal maka tak sayang bukan? Dimana pada akhirnya seseorang akan memutuskan untuk mencoblos dirinya.
Disamping menerangkan bagaimana mencoblos lewat kertas suara simulasi. Sugianto Makmur juga berbagi pupuk cair organik produksinya sendiri yang memang selama tidak diperjualbelikan. Kebetulan ia mengelola sebuah Sekolah Lapang milik DPD PDI-Perjuangan. Sebuah tempat pelatihan terpadu untuk pertanian, peternakan, dan perikanan.