Mohon tunggu...
Venusgazer EP
Venusgazer EP Mohon Tunggu... Freelancer - Just an ordinary freelancer

#You'llNeverWalkAlone |Twitter @venusgazer |email venusgazer@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Malu, Medan Jadi Sorotan Nasional!

15 Oktober 2017   23:52 Diperbarui: 16 Oktober 2017   07:56 6179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jalan rusak di sudut kota Medan (dok.pri)

Sambil menyelam minum air. Begitulah Jokowi. Di sela-sela meresmikan 2 ruas jalan tol di Sumatera Utara, ia coba melihat sendiri kondisi jalan yang ada di kota Medan. Presiden kecewa! Mungkin sedikit marah. Beritanya langsung menyebar seantero negeri.

"Ya segera dikerjakan. Kalau nggak segera dikerjakan, duluan saya kerjakan nanti," tegas Jokowi (detik.com). Begitu perintah Jokowi kepada Walikota Medan Dzulmi Eldin setelah menyaksikan dengan kepala sendiri buruknya kondisi beberapa jalan di Medan.

Fakta menunjukan kondisi jalan di kota terbesar nomor 3 di negeri ini begitu buruk. Ternyata tidak itu saja, Jokowi melihat pemkot Medan juga gagal dalam pengelolaan sampah.

Pasti bukan 'ujug-ujug' Jokowi memerintahkan protokoler untuk membuat agenda berkeliling kota Medan. Khususnya melewati jalan yang rusak. Mungkin terlalu banyak keluhan warga Medan yang masuk ke telinga Jokowi. Bisa juga karena ada sang pembisik.

Beberapa hari lalu dalam sebuah dialog di televisi, pejabat Bina Marga/PU mengatakan bahwa jalan di kota Medan yang rusak tidak lebih dari 15 persen saja. Dikatakan bahwa saat ini pula pemerintah kota terus melakukan perbaikan. Baik itu pengaspalan maupun pengecoran.

Faktanya memang begitu. Berbarengan dengan proyek perbaikan drainase di hampir seluruh pelosok Medan, dilakukan pula perbaikan jalan. Contohnya pengaspalan di Jalan Gatot Subroto dan Pinang Baris. Termasuk pengecoran di Jalan Mandala, Gaperta, Krakatau dan beberapa jalan lainnya. Jalan-jalan tersebut tanggung jawab siapa?

Bagi masyarakat awam, status mana jalan kota mana jalan provinsi tentu tidak paham. Pokoknya jalan yang ada di Medan adalah tanggung jawab dari pemkot Medan. Titik!

Kenyataannya memang Medan adalah kota yang amburadul. Bahkan seorang warga Australia pernah menyebutkan Medan itu the worst city in the world. Baca artikelnya di sini

Sudah hampir 10 tahun saya tinggal di Medan. Bagi saya sendiri, Medan adalah kota yang menarik. Kota multi etnis yang membuatnya begitu unik. Soal kuliner rasanya Medan itu numero uno.

Medan sebagai kota metropolitan punya segudang potensi khususnya perniagaan. Sumber daya manusianya pun tidak kalah dengan kota-kota di Jawa. Termasuk memiliki salah satu universitas terbaik, Universitas Sumatera Utara.

Tetapi seolah-olah kota ini berjalan tanpa nakhoda. Tidak ada perencanaan yang jelas kemana arahnya. Pembangunan hanya tambal-sulam saja. Sepertinya pejabat kota ini tidak pernah study banding ke kota. Kaum cerdik pandainya pun entah kemana.

Kalau mau fair tidak hanya walikotanya saja yang dijewer. Itu sekalian saja Gubernur Sumut, Teuku Erry Nuradi. Dia pun seharusnya ikut bertanggungjawab. Tinggalnya juga di Medan, tidak ada action melihat kondisi Medan.

Pembaca pasti bisa membayangkan bagaimana kondisi infrastruktur di Sumatera Utara. Tidak usah jauh-jauh membandingkan dengan kota di Jawa. Bandingkan saja dengan dengan provinsi tetangganya Aceh, jelas jauh sekali perbedaannya. Di Aceh rasanya tidak ada yang namanya jalan berlubang.

Bagaimana sih kondisi Kota Medan? Jika dibandingkan dengan Surabaya, Jogjakarta dan Bandung. Atau kota kecil sekelas Solo (Surakarta). Ketika. sekitar tahun 2007, mengunjungi Solo, saya terkagum-kagum dengan pesatnya kemajuan kota tersebut. Bahkan mengalahkan Jogjakarta.

Medan benar-benar sudah jauh tertinggal. Warga Medan boleh iri dalam hal ini. Kota ini tidak dikelola dengan baik. Begini, cobalah cari pasar rakyat yang bersih di Medan. Sulit bung! Ada trotoar yang betul-betul layak bagi pedestrian? Jangankan trotoar, badan jalan saja dipakai untuk berjualan. Belum lagi semrawutnya billboard yang merusak keindahan kota.

Di Medan, trotoar adalah surga bagi pedagang dan tukang parkir. Jangan coba berpikir yang tidak tahu aturan itu rakyat kecil. Silakan cek saja, bagaimana setiap harinya trotoar yang ada di depan sebuah show room dekat stasiun RRI di jalan Gatot Subroto, jadi tempat parkir pemilik roda empat. Padahal kita tahu orang-orang pemilik mobil itu pasti educated.

Sampah di pinggir jalan. Kec. Helvetia (dok.pri)
Sampah di pinggir jalan. Kec. Helvetia (dok.pri)
Lalu soal sampah. Di Jogjakarta misalnya, tidak pernah saya melihat gunungan sampah di sekitar perumahan yang berlokasi di dalam kota. Di Medan agak berbeda. Contohnya kondisi sampah yang menggunung tepat di tepi jalan Sumarsono dekat perumnas Helvetia. Di Medan ada banyak titik penimbunan sampah yang dekat dengan pemukiman.

Dari jauh pun bau busuk yang ditimbulkan sudah tercium. Setiap orang yang melintas pasti langsung tutup hidung. Sayang Jokowi tidak lewat sana. Untungjuga sih, bisa-bisa ibu Iriani yang duduk disampingnya langsung pingsan.

Kembali ke persoalan jalan. Jika pejabat pemkot mengatakan 'tinggal' 15 persen saja jalan di Medan yang rusak sepatutnya mereka malu. Seharusnya jalan yang rusak itu nihil. Warga Medan sebenarnya bingung, apa kerja mereka? Kemana saja pajak dari hasil keringat rakyat itu?

Jalan rusak lambat diperbaiki. Musim hujan datang, lubang-lubang semakin besar. Sulit membedakan mana jalan mana kubangan. Okelah, ada jalan kota di beberapa kecamatan yang dicor. Tapi belum genap satu tahun sudah rusak. Tentu menimbulkan tanda tanya, bagaimana campuran semennya? Pasti di bawah standar.

Masyarakat Medan sendiri sepertinya juga terkondisikan untuk menerima kenyataan. Orang Medan yang terkenal lantang bersuara pun seolah pasrah. Perubahan kota untuk menjadi kota yang manusiawi berjalan begitu lambat.

Ada yang mengatakan bahwa ini salah warganya sendiri. Salah memilih pemimpin. Pemimpin tidak dipilih berdasarkan kualitas melainkan faktor-faktor tertentu. Dulu calon walikota yang jelas terindikasi korupsi pun dipilih. Akibatnya baru beberapa bulan sudah masuk bui.

Permasalahan Medan sudah sangat kompleks saat ini. Bukan saja masalah infrastruktur tetapi permasalahan sosial. Kejahatan seperti aksi begal dan narkoba sudah sangat akut. Menimbulkan keresahan yang mengganggu sektor ekonomi.

Butuh sosok pemimpin yang benar-benar punya slogan seperti Jokowi. "Kerja....kerja...kerja". Beruntung ada wakil Walikota Akhyar Nasution yang sering turun langsung ke bawah mengawasi proyek. Tapi seberapa besar kuasa seorang wakil? Bagaimana dengan wakil rakyat? Sudah bekerja tapi mungkin tidak maksimal.

Sentilan Jokowi tidak hanya membuat malu Walikota Medan saja. Masyarakat sang pemilik kota ini pun harusnya pun malu. Medan jadi sorotan nasional bukan karena prestasi. Bukan karena sudah melahirkan Lindswell Kwok, sang juara dunia Wushu itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun