Mohon tunggu...
Maria DwiAfi
Maria DwiAfi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Konflik Retribusi Mangrove Kulonprogo

4 April 2017   23:05 Diperbarui: 5 April 2017   07:00 2534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Warga desa yang memiliki lahan melihat hal ini merupakan peluang yang besar untuk dijadikan objek wisata masa kini dengan sasaran para remaja. Budaya selfie dan foto Hits menjadi daya tarik tersendiri dan memiliki dan dapat meningkatkan status yang dimiliki oleh orang muda. Suatu tempat yang sedang menjadi tren untuk dikunjungi seperti mangrove akan membuat kaum muda  tidak ingin ketinggalan untuk berkunjung sehingga dikatakan sebagai anak “Hits”.  Daya taarik seperti ini lah yang dimanfaatkan oleh para pemilik lahan untuk membuka peluang usaha.

Tidak lama setelah dibuka mangrove  yang memiliki daya  tarik yag sangat besar  ini mendapat banyak sekali wisatawan.  Peluang yang mereka baca merupakan peluang  yang sangat besar potensinya dan mulai terlihat bahwapeluang yang mereka baca merupakan peluan yang tepat dan digemari banyak orang.

Sistem pengelolaan mangrove sendiri masih teriri dari 3 kelompok. Hal ini sangat disayangkan. Hal ini sangat disayangkan karena jika kita ingin keluar dan memasuki mangrove lain yang ada di satu awasan itu kita harus membayar retribusi lagi. Hal ini juga dapat menimbulkan konflik antar kelompok warga pemilik mangrove tersebut.

Sementara, Jalan untuk menuju ke mangrove sendiri hanya bisa ditempuh melalui desa  Jogoboyo, kecamatan Purwodadi, Kabupeten Purworejo saja. Hal ini menyebabkan jalan yang menuju ke arah mangrove yang semula hanya digunakan untuk warga sekitar pergi ke ladang saat ini mulai ramai dan sedikit kotor dan bahkan macet seringkali terjadi.  Hal ini tentu saja mengganggu aktifitas warga desa yang tinggal di wilayah tersebut.

Beberapa kali sempat didiskusikan untuk meminta dana pemeliharan terhadap pemerintah dan kelompok yang mengelola mangrove. Namun permintaan tersebut ditolak. Dengan adanya penolakan tersebut maka warga desa memungut uang retribusi jalan  guna pemeliharaan  jalan.

Kepemilikan bersama tidak selamanya dapat dilaksanakan dengan baik. Pola pikir masyarakat terhadap kepemilikan aset yang dianggap milik bersama kadangkala menimbulkan kerawanan yang berujung pada kerusakan dan anarkis.  Secara  georafis dan administratif magrove  terletak di wilayah kulonprogo, Yogyakarta.   Maka secara administratif mangrof merupakan kepemilikan warga kulonprogo. Sementar jalan yang menuju ke mangrove tersebut merupakan kepemilikan waga purworejo. Dalam hal ini jika dilihat dari segi Tragedi of The Common  kedua belah pihak menerapkan teori ini dimana warga kulonprogo  merasa memiliki sumberdaya  alam yang ada yaitu hutan mangrove yang memiliki peluang dan potensi pariwisata sehingga dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk meraut keuntungan semaksimal mungkin. Sementara dengan melihat  potensi yang dimiliki oleh mangrove kulonprogo itu warga desa yang merasa memiliki Sumber daya alam yang digunakan sebagai akses unuk menuju wisata tersebut maka mereka merasa bahwa sumberdaya yang menjadi akses jalan itu bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk mendapatkan keuntungan  untuk  biaya perawata jalan.

Kesimpulan

Kedua warga  merasa bahwa mereka memiliki dan berhak untuk memanfaatkan sumberdaya yang ada. Dimana keduannya berusaha untuk memanfaatkan dan meraih keuntungan sebanyak mungkin dari apa yang mereka miliki. Namun keduanya juga tidak memperhatikan ekolgi dan keberlangsungan akan sumber daya alam yang mereka miliki juga.  Sampah yang dibawa oleh wisatawan, polusi udara, kerusakan lingkungan yang dibuka untuk lahan parkir, kerusakan lingkungan akibat kendaraan yang keluar masuk melalui jalan yang sempit, serta polusi pemandangan akibat macet yang diti,bulkan oleh para wisatawan tidak diperhitungkan oleh para pengelola. Sangat disayangkan  jikalau pariwisata yang diangun dan dijalankan tidak berdasarkan sustanable tourism.

Daftar pustaka

http://www.harianjogja.com/baca/2016/09/06/mangrove-kulonprogo-pengelola-minta-dibangun-jembatan-750692

https://www.radarjogja.co.id/retribusi-ganda-dikeluhkan-pengunjung/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun