Mohon tunggu...
Varhan AZ
Varhan AZ Mohon Tunggu... Auditor - Penyemangat

Beneficial #ActivistPreneur

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Survivor Bully, Berjuanglah!

8 September 2020   19:45 Diperbarui: 8 September 2020   19:39 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sy ga jago gaul, tapi pengalaman di buy membuat saya belajar bergaul. Saya bukan anak orang kaya, ekonomi dibawah, ga punya HP adalah fakta memalukan untuk anak SMA seperti saya. Tapi disitulah pertarungan bully saya, dengan diri sendiri!!! Dan saya berhasil menang.

Lulus SMA, NEM saya bagus, rata2 8.5 lulus SMBPTN IPB, tapi ga punya uang buat bayar masuk 14jt. Alhamdulillah keterima UIN, bayar 2jt dibela2in sama bapak saya. Di masa kuliah, bukan berarti ga ada bully, bNyak, bully-nya lebih ke ceng cengan. Gaya bully orang yg sudah bukan anak2, tapi baru belajar dewasa. Ga ada lagi pukul2an atau berantem.

Tantangan mental kita adalah cepet2an lulus, pinter2an ngerjain tugas, bagi waktu, dan isi waktu luang. Tantangan kita juga adalah berkomunikasi baik secara dewasa sama teman. Jangan baperan, jangan emosian. Di bullynya saya dikampus adalah saat Saya pernah dijauhi teman sekelas karena saya dulu emosian. Mereka sekarang asik2 sama saya, kalau ingat masa itu saya introspeksi diri, kita harus jadi manusia lebih baik, dari hari ke hari.

Saya bukan orang yg punya kepribadian sempurna, kesalahan demi kesalahan yg membuat saya berusaha lebih baik. Kesalahan2 yg saya buat di masa sekolah, jadi bekal berharga agar sy tdk lagi jadi pribadi yg salah di dunia kerja, di kehidupan bermasayarakat.Selain perbaikan kepribadian,
saya harus berkutat dengan kenyataan, orang tua saya cuma bisa kuliahin saya 1 smester, sisanya bayar sendiri.

Alhamdulillah, hidup susah membuat saya rumasa. Dari SMA kelas 2 sudah ga lagi minta uang sama orang tua. Nyari duit dari ikut2an lomba ngejar hadiah juara. Belajar2 jadi penyuluh anti narkoba, ikut2an seminar pemda, pulang dapet amplop. Di kampus saya kerja apa aja, tukang ojek, jualan jaket, kurir foto copy kelas, jaga warnet, desain2, percetakan, makelar, sampai jadi koordinator shooting mahasiswa di Televisi.

Tekanan mental di kampus ini, adalah fakta lulus cepat hanyalah angan2. Saya salah jurusan, hati saya di komunikasi, psikologi, sosial politik. Kuliahnya TI. Bekal di bully di masa lalu, jadi bekal penguat mental yg paling penting untuk hidup saya selanjutnya. Saya jadi punya prinsip, "Semua Pasti Berlalu, Jalani dan Hadapi, Nikmati Rasa Sakitnya, Semua Masalah Pasti Ada Solusi." Benar saya lulus juga. 14 smester harusnya di DO. Saya lulus 15 Smester tdk di DO. Mungkin karena saya banyak kiprah di ranah non akademik aktivist organisasi yg benar2 sampai khatam.

Dimulai saat jadi Menteri BEM, sampai Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa. Perwakilan UIN Ke Malaysia dan Jepang gratis dibiayai negara, hingga dapat beasiswa DIPA, Beasiswa PKLN Dikti, Beasiswa Aktivis dan beasiswa lain yg saya lupa. Saya kuliah beneran cuma Smester 1-3, smester 4 cuti, Lanjut smester 5-7, sisanya smester 8-15 saya aktiv di organisasi, jadi ketua dewan mahasiswa, ikut seminar, konferensi, keliling indonesia, kerja, cari uang. Saya bayaran 15 smester. Jadi donatur tetap kampus ^_^ tapi semua uang yg saya keluarkan, lunas oleh beasiswa2 yg saya dapatkan.

Orang tua saya sering nanya, kapan saya lulus. Tapi beruntungnya karena saya bayar kuliah sendiri, beban psikis saya tdk ada sama sekali, sy cuma bilang pada orang tua.." Mohon.doanya, saya akan lulus pada waktunya, sebelum waktunya, saya akan terus berikhtiar sampai waktunya." Orang tua saya senyum2 saja. Mereka percaya pada anaknya, mereka paham, saya pasti akan menyelesaikan yg saya mulai. Karena itu sudah jadi karakter saya selama ini.

Orang tua saya tdk pernah tau kalau saya jadi korban bully, baru tahun 2013, setahun sebelum saya lulus, ketika saya sudah menikah sejak 2011 disaat masih kuliah. Saya ceritakan penderitaan saya jadi korban bully dulu. Ayah saya bangga karena saya bisa melalui semuanya dan berjuang untuk.hidup lebih baik. Sesalnya saya, ayah saya meninggal 2013 karena tumor Otak, saya baru lulus setahun kemudian.

Dan saat saya lulus, saya ga pusing cari kerja lagi, karena saya memang sdh punya kerjaan. Dari kerja usaha recehan sejak smester 1, alhamdulillah bisa jadi usaha beneran sampai saya lulus hingga sekarang. Masa kampus saya lengkap, semua jadi amunisi saya menghadapi kehidupan kedepan yg semakin menantang.

Saya jadi berani bermimpi lebih besar. Saya bukan orang yg Jenius, tapi saya sadar, saya tidak bodoh, cukup Pintar untuk bisa memanfaatkan semua anugrah yg Allah berikan. Saya jadi paham, Allah tdk hanya membukakan dunia untuk orang2 unggul. Allah membukakan jalan untuk semau yg mau berusaha dan berjuang lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun