Aku:
"Agak malas untuk berekspresi dalam tulisan. Sempat terpikir untuk rutin menulis, tapi tulisan seakan menuntut untuk didandani sesempurna mungkin. Ibarat pakai baju, ya harus memakai pakaian formal yang serba lux. Percuma kalo pakai baju asal-asalan. Begitu pula dengan produk tulisan yang harus aku sajikan.
Harus berkualitas tinggi. Adiluhung. Bikin aku terkungkung dalam keberingasan imajinasi. Hasilnya, beberapa ekspresi kata cenderung brutal. Tak tahu ke mana gaya yang harus dianut."
Tulisan:
"Sudahlah. Tak perlu banyak mengumbar kemalasan yang ditutupi  keinginan berkarya secara sempurna. Jelas-jelas pemikiranmu yang membuatku tak kunjung ada. Selalu ragu-ragu untuk muncul. Sudah jadi, dihapus, ditulis, dihapus lagi, ditulis lagi, lalu hilang. Ada apa dengan dirimu. Apa kau lupa siapa aku?
Aku adalah kamu. Tapi kamu bukanlah aku."
Aku:
"Ya. Kau harus muncul (lagi). Embriomu telah menjelma menjadi setan kecil. Meronta-ronta minta diumbar dalam bentuk  karya apa adanya. Namun, satu hal yang kau abaikan. Aku punya kuasa atas dirimu. Kau adalah peleburan setan alas dan malaikat yang sebenarnya akan terlahir sebagai makhluk hibrida yang luar biasa. Setan dalam wujud malaikat. Aku akui, wujud aslimu lebih kontroversial. Pasti menjadi pusat perhatian. Sayangnya, aku tak mau. Biarlah sifat setanmu melebur seiring berjalannya waktu. Tidak hilang sekaligus memang, tapi kau akan mengerti betapa jahanam sisi gelapmu itu. Bila waktunya sudah tiba, akan aku bebaskan malaikat kecilku. Biarkan ia bermadah puji, menari, bersuka cita atas nama kesucian dan cinta. Malaikat lebih pantas untuk dipersembahkan kepada para pembaca."
Tulisan:
"Sang penulis, kau seakan-akan hanya menguak sisi gelapku. Kegelapanlah yang membuat terang ada. Keburukanlah yang membuat kebaikan tampak. Kau terlalu skeptis dengan pemikiranmu. Teriakanku yang sangat kuat itu bukanlah semata-mata suara kebencian dan angkara murka. Aku ingin meneriakkan kebenaran yang sudah lama terkungkung dalam pikiran kompleksmu. Kau belum tahu betul bagaimana malaikat dan setan berperilaku. Kelemahlembutan memang merupakan sifat umum malaikat, tapi belakangan ini setan menjadi jauh lembih lembut. Alhasil, banyak makhluk dirasuki. Merasa menjadi malaikat namun sebenarnya adalah setan jahanam."
Aku:
"Aku terima pendapatmu. Ada hal yang harus kau tahu, tulisan. Tanpa sadar, kau menjadi candu dalam hidupku. Kau selalu ada dalam setiap hela nafasku. Pikiranku tidak pernah lepas darimu. Semua tentangmu terukir jelas dalam setiap tombol yang aku tekan. Kau hidup dalam sebuah portal imaji tanpa batas. Kini saatnya kau harus meneriakkan kebenaran, mengumbar cinta dalam wujud amarah dan dengki. Tulisan, aku harus menyatakan padamu bahwa aku sangat mencintaimu. Sungguh."
Tulisan:
"Biarlah para pembaca yang menilai bagaimana cara kau mencintaiku. Hanya satu keinginanku. Munculkan aku sebagai karyamu seturut dengan citra luhur manusia dalam dirimu."
Aku:
"Baik, sayang. Aku akan memulai jika kau siap."
Tulisan:
(terdiam sebentar, lalu berujar)
"Ya. Aku siap."
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI