Mohon tunggu...
VanDoery
VanDoery Mohon Tunggu... Penulis - Listening Reading Writing Speaking

The Keys of Knowledge are Reading and Writing

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Akidah dan Metodologi Memahaminya

16 September 2019   21:41 Diperbarui: 16 September 2019   21:39 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

#kajianakidah

"Ilmu #aqidah itu sifatnya #tauqifiyah yang berarti wajib berdasarkan kepada ayat-ayat Al Qur'an dan Hadits Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan pemahaman para sahabat beliau".

Karena secara akal sehat akidah itu akan selalu berbicara perkara ghaib (tak nampak), jika perkara itu berkaitan dengan alam ghaib maka yang paling berhak untuk menjelaskannya ialah Allah Ta'ala kemudian Rasul-Nya shallallahu alaihi wasallam. Sedangkan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengajarkan sebagaimana yang Allah Ta'ala wahyukan kepada beliau.

Pembahasan tentang akidah pun akan selalu terkait  dengan syurga dan neraka karena surga dan neraka itu bagian dari ilmu akidah. Dan yang menentukan siapa yang masuk syurga dan neraka ialah Allah Ta'ala melalui ayat-Nya dan hadits-hadits Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

Ambil contoh ketika kita mengatakan "orang yang berbuat syirik kelak masuk neraka jika tidak bertaubat" hal ini tentulah berdasarkan kepada ayat-ayat yang jelas dalam Al Qur'an (misalnya dalam Al Qur'an surah Annisa 48) dan dapat difahami dengan jelas ayatnya.

Terkadang sebagian orang merasa alergi ketika menghubungkan antara akidah dengan syurga dan neraka padahal ianya merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Menjustifikasi syurga dan neraka itu hak Allah Ta'ala semata. Manusia tidak berhak mencampurinya. Manusia hanya berhak menjelaskannya hak-hak Allah Ta'ala tersebut dan itulah yang dinamakan ilmu akidah ataupun ilmu tauhid.

Akidah itu kalau diterjemahkan ke dalam bahasa maka bermakna keyakinan atau keimanan. Jadi kalau tidak yakin atau tidak beriman dengan sesuatu maka berarti ragu-ragu dengan akidahnya sendiri. Jadi ada ketidak konsistenan dalam hal tersebut.

Memasukkan pendapat manusia dalam ilmu akidah tanpa dibangun diatas dalil Al Qur'an dan Assunnah maka akan melahirkan penyimpangan dan kerancuan dalam akidah itu sendiri.

Orang-orang kampung dan orang-orang yang memiliki fithrah (naluri) yang lurus tidak memerlukan ilmu kalam untuk memahami akidah yang benar, keesaan Allah Ta'ala, syurga dan neraka dan lainnya.

Semoga Allah Ta'ala senantiasa membimbing kita semua diatas akidah yang lurus.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun