Mohon tunggu...
Irfan Asyhari
Irfan Asyhari Mohon Tunggu... Pegiat Sosial

Setiap langkah adalah pelajaran, setiap jatuh adalah kesempatan untuk tumbuh

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Santri dan Sayur Kangkung: Pelajaran dari Sepiring Kesederhanaan

15 Oktober 2025   07:36 Diperbarui: 15 Oktober 2025   10:55 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Foto Tumis Kangkung 


Di sebuah pesantren sederhana di pelosok Jawa, tinggal seorang santri bernama Hasan. Ia berasal dari keluarga yang sangat sederhana di desa seberang, dan untuk bisa mondok saja, orang tuanya harus menjual kambing satu-satunya.

Hasan bukan santri yang pandai bicara atau selalu mendapat nilai terbaik, tetapi ia dikenal sebagai santri yang paling rajin, paling sopan, dan paling sabar. Ia tak pernah mengeluh, meskipun hidupnya jauh dari kemewahan. Setiap hari, ia mencuci bajunya sendiri, belajar di bawah lampu redup, dan makan seadanya.

Satu ketika, musim kemarau panjang membuat persediaan bahan makanan pesantren menipis. Para santri hanya mendapat makan nasi dan sayur kangkung rebus tanpa lauk, pagi, siang, dan malam. Banyak dari mereka mulai protes dan diam-diam membeli makanan di luar.


Tapi Hasan tidak. Ia tetap duduk dengan tenang, membaca doa, dan menikmati sayur kangkung itu seperti makanan istimewa.

Suatu hari, ustaz pengasuh pondok memperhatikan Hasan.

"Nak Hasan," tanya ustaz, "kenapa kamu tetap semangat dan tidak pernah mengeluh makan kangkung terus setiap hari?"

Hasan tersenyum, lalu menjawab pelan,

"Ustaz, waktu di rumah, saya sering tidak makan sama sekali karena orang tua saya tidak mampu membeli beras. Kadang kami hanya minum air putih. Di sini, meskipun hanya kangkung, saya bisa makan tiga kali sehari dan tetap bisa belajar. Bagi saya, ini sudah lebih dari cukup. Saya tidak ingin menjadi santri yang hanya bersyukur saat makan daging, tapi lupa bersyukur saat diberi kangkung."

Mata sang ustaz berkaca-kaca mendengar jawaban itu. Kata-kata Hasan kemudian diceritakan dalam pengajian malam itu, dan membuat banyak santri merenung.

Sejak saat itu, para santri mulai berubah. Mereka tidak lagi memandang rendah sepiring sayur kangkung. Mereka mulai belajar menghargai, bersyukur, dan melihat berkah dalam kesederhanaan.

Beberapa tahun kemudian, Hasan menjadi santri berprestasi. Ia mendapat beasiswa untuk kuliah di luar negeri. Tapi saat ditanya apa rahasianya, ia hanya menjawab:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun