Tanpa berlama-lama selang beberapa detik saya selesai ngomong, ibu saya langsung jalan ke dapur. Waktu itu saya bingung kenapa ibu saya malah ke dapur. Ternyata, ibu saya ke dapur mau ngambil sapu. Kejadiannya berlangsung begitu cepat, saya melihat sapu terbang melayang ke arah saya dan saat itu saya nge-freeze ditempat.
Setelah tertimpuk sapu, saya juga tertampar omelan ibu saya karena ngilangin Tupperware pink itu. Akan tetapi, karena saya nggak mau ibu saya ngomel lebih lama saya membela diri dan bilang kalau Tupperwarenya masih ada dan nggak akan hilang. Setelah itu, ibu saya baru berhenti ngomel. Kayaknya ibu saya berhenti ngomel karena capek bukan karena kata-kata saya.
Keesokan harinya, ketika saya sampai kelas langsung saya cek bawah kolong meja. Seperti yang sudah ibu saya duga, Tupperware pink saya itu tidak terlihat alias lenyap. Ketika saya sampai rumah dan bilang ke ibu saya kalau Tupperware nya nggak ada, ibu saya biasa aja karena udah tau kalau Tupperware ketinggalan tidak bisa diselamatkan.
Dari kejadian ini saya belajar kalau menghilangkan Tupperware berarti saya sudah memulai peperangan dengan ibu saya. Sejak saat itu, saya lebih berhati-hati dalam menjaga Tupperware dan tidak berani meninggalkan Tupperware di kelas atau di mana pun saya berada. Meskipun saya masih ingat betapa sakitnya tertimpuk sapu, tetapi ketika ingat momen itu saya justru kangen dan ketawa. Selain membuat huru hara, kehilangan Tupperware juga mengukir memori yang berharga buat saya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI