Mohon tunggu...
valent tyaniko
valent tyaniko Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Jauh dari kata sempurna

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Kini Menonton Film Cukup dalam Genggaman Tangan

24 Maret 2021   16:38 Diperbarui: 24 Maret 2021   16:39 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: kumparan.com

Apakah teman-teman tidak asing dengan suasana duduk di teater, mengunyah popcorn, meminum minuman favorit, dan menonton aktor/ aktris favorit? Jika tidak asing menurut saya teman-teman pasti sering sekali atau bahkan memiliki hobi menonton film, ya, itulah gambaran suasana ketika kita menonton film di bioskop. Feel yang dirasakan pada saat menonton film di bioskop tentunya sangat berbeda dengan menonton film dirumah atau ditempat lain selain bioskop meskipun film yang ditonton sama. Ketika kita nonton menonton film di bioskop, seakan-akan rasanya kita diajak ke dunia yang jauh berbeda dari kenyataan dan melupakan sejenak pikiran-pikiran atau permasalahan yang ada selama film itu ditayangkan. Banyak pilihan film yang ditawarkan pada saat kita menonton film di bioskop antara lain seperti, film aksi/ laga, petualangan, animasi, biografi, komedi, kriminal, dokumenter, drama, keluarga, fantasi, sejarah, horor, musikal, romantis, misteri, perang, fiksi ilmiah, olahraga, dan masih banyak aliran film lainnya. Tata cara menonton di bioskop pun sangat mudah, kita hanya tinggal memilih film yang ingin kita tonton sesuai dengan selera kita, membeli tiket, dan langsung menonton film yang kita pilih.

            Namun sayangnya dimasa pandemi seperti saat ini terdapat banyak bioskop yang tutup imbas dari kebijakan pembatasan sosial. Tentunya ada sedikit kerinduan bagi beberapa kalangan untuk menonton film-film terbaru seperti di bioskop. Seiring berjalannya waktu dimasa pandemi seperti inipun nampaknya rasa rindu tersebut dapat terobati karena banyak sekali layanan streaming film baik berbayar maupun tidak yang bermunculan seperti contohnya Netflix, Disney Plus Hotstar, Viu, Vidio, Iflix, dll. Meskipun feel yang dirasakan ketika streaming film tidak sama persis dengan menonton film di bioskop, namun nyatanya layanan streaming film ini sangat diminati masyarakat. Menurut data yang dimiliki oleh perusahaan riset media partners asia, Disney Plus Hotstar menguasai pasar layanan video langganan di Indonesia dengan total 2,5 juta pengguna berbayar. Adapun, Netflix hanya mencapai 850.000 pengguna berbayar.  Selain itu, Netflix juga masih tertinggal di belakang platform Hong Kong Viu, yang memiliki 1,5 juta pelanggan berbayar. Di saat yang sama, Vidio menempati urutan ketiga dengan 1,1 juta pengguna yang membayar. Secara umum, dari riset yang sama jumlah pengguna berbayar melonjak dari 3,4 juta menjadi 7 juta dalam waktu empat bulan, terhitung sejak 5 September 2020---6 Januari 2021. Selain karena pandemi yang membuat banyak bioskop tutup, faktor lainnya yang memiliki pengaruh besar pada melonjaknya jumlah pengguna layanan streaming adalah karena kemajuan teknologi yang sudah sangat canggih, sehingga kita dapat dengan mudah menonton film di internet melalui handphone, laptop, dan komputer. Layanan streaming film ini umumnya sudah ada sejak lama namun baru booming pada saat pandemi karena satu-satunya cara yang dapat mengobati kerinduan menonton film adalah dengan streaming film.

Perubahan cara kita dalam menonton film dimasa pandemi ini dapat dianalisis menggunakan teori perubahan sosial. Selo Soemarjan & Soelaeman Soemardi (dalam Rosana, 2011) mengemukakan bahwa perubahan sosial diartikan sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi, maupun karena adanya difusi atau penemuan-penemuan baru dalam masyarakat tersebut. Terdapat beberapa konsep dalam teori perubahan sosial, salah satunya yaitu konsep fungsional. Apabila sebuah perubahan yang terjadi memberikan manfaat, maka perubahan tersebut dikatakan bersifat fungsional dan bisa diterima oleh masyarakat. Akan tetapi, apabila terbukti tidak bermanfaat atau disfungsional, kemungkinan besar akan mendapat penolakan (Kismantoroadji & Murdiyanto, 2018). Dari pengertian konsep ini dapat kita simpulkan bahwa terjadi atau tidaknya perubahan sosial akan terlihat dari seberapa jauh manfaatnya dalam kehidupan masyarakat. Jika kita kaitkan dengan teori perubahan sosial, tentunya berubahnya cara menonton film dari nonton film di bioskop menjadi nonton film di internet dengan mengakses layanan streaming film tentunya memberikan manfaat yang positif karena merupakan solusi yang tepat dari permasalahan keterbatasan akses dalam menonton film di bioskop. Tentunya dengan perubahan yang ada ini akan menuntut kita untuk beradaptasi dengan situasi yang baru. Bahkan, bukan tidak mungkin jika nanti kedepannya jumlah masyarakat yang menonton film di bioskop akan kalah jumlahnya dengan masyarakat yang menonton film melalui layanan streaming film.

Daftar Pustaka

Eviando, A. (2021). " Bukan Netflix, Inin Platform Streaming yang Laris di Indonesia. https://m.bisnis.com/amp/read/20210123/84/1346861/bukan-netflix-ini-platform-streaming-yang-laris-di-indonesia, diakses pada 22 Maret Pukul 22.17

Kismantoroadji, T. & Murdiyanto, E. (2018). Minggu kedua: Dinamika Perubahan dan Resolusi Konflik [slide powerpoint]. Diakses dari E-Learning, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta

Rosana, E. (2011). Modernisasi dan Perubahan Sosial. Jurnal TAPIs, 7(12), 31-47. Diakses dari http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/TAPIs/article/view/1529/1269.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun