Mohon tunggu...
Valentino SatriowibowoK
Valentino SatriowibowoK Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Read a book

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Tidak Mematikan Lampu Dapat Membunuh Manusia?

12 September 2022   13:39 Diperbarui: 12 September 2022   13:52 661
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dampak pemakaian listrik yang berlebihan dan tidak efektif

            Global Warming merupakan fenomena alam yang memiliki dampak negatif. Global warming atau yang biasanya disebut dengan pemanasan global telah memberikan dampak negatif bagi makhluk hidup di bumi. Pada hakekatnya manusia ingin berinovasi dengan membuat berbagai peralatan yang dapat memudahkan manusia. 

Saat ini telah banyak teknologi atau sebuah alat yang dapat membantu manusia untuk memudahkan pekerjaannya. Terdapat komputer, smartphone, kendaraan bermesin, televisi, dan masih banyak lagi. Semua alat tersebut memiliki dampaknya masing-masing.

Yang paling berpengaruh hingga merusak alam ialah penggunaan kendaraan bermotor yang dapat mengeluarkan uap atau polusi udara. Sama halnya dengan penggunaan listrik yang tidak efektif. Seperti tidak mematikan lampu, alat dengan sumber daya listrik yang tidak dimatikan jika sudah tidak digunakan. 

Ternyata kebiasaan tidak mematikan lampu dalam keadaan terang juga dapat menambahkan emisi karbon dioksida (CO2) setiap harinya. Sebab sumber daya yang masih digunakan di Indonesia paling besar dalam pembangkit listrik ialah uap. 

Uap yang masih menggunakan bahan bakar batu bara atau coal. Batu bara sendiri merupakan sumber daya alam yang berasal dari fosil. Faktanya, sumber daya alam fosil merupakan sumber daya yang terbatas dan kelak akan habis. Penggunaan listrik yang berlebih juga dapat berdampak pada punahnya sumber daya fosil. Sehingga perlu memikirkan kembali inovasi apa yang dapat menanggulangi bencana kepunahan tersebut.


Dalam film dokumenter ‘ Sexy Killers ’ diceritakan tentang dampak dari PLTU atau, Pembangkit Listrik Tenaga Uap. Mayoritas warga di sekitar tempat tersebut memiliki penyakit ISPA, Infeksi Saluran Pernapasan. Akibat dari uap yang dihasilkan oleh PLTU tersebut. 

Selain itu banyak kubangan dalam yang dihasilkan oleh pertambangan batu bara di sekitar tempat tersebut. Kubangan tersebut akan tergenang air jika terjadi turun hujan. Padahal kubangan tersebut dalamnya dapat mencapai 10 meter. Sehingga dampaknya, beberapa anak-anak yang memiliki hobi bermain air dan berenang harus meregang nyawa karena tidak mengetahui dalamnya kubangan tersebut. Ironi namun faktanya berkata demikian.

Contoh Nyata

            Salah satu contohnya terdapat di sekolah penulis di kota seribu bunga, yakni Seminari Menengah Mertoyudan, Magelang, Jawa tengah. Sebelumnya sekolah tersebut memiliki kebiasaan buruk dengan tidak mematikan lampu pada kondisi terang. Bukan salah dari institusi tersebut, namun pribadi-pribadi yang di dalamnya kurang ada penyadaran diri terhadap pentingnya mematikan lampu atau listrik bila sudah tidak digunakan. 

Maksudnya, kelalaian beberapa pribadi dalam sekolah penulis yang tidak peduli seberapa penting mematikan lampu di ‘siang bolong’. Padahal hanya dengan mematikan lampu, yang dalam pikiran manusia hanya memakai sedikitnya watt kita dapat membantu orang lain terutama yang terkena dampak secara langsung. 

Alam akan semakin rusak oleh karena kebiasaan manusia yang ‘ gas - gasan ’ menghabiskan sumber daya. Tidak memikirkan keresahan orang lain, dan hanya ingin mencari keuntungan sebanyak-banyaknya.

Mindset Formalitas

Masih terdapat mindset formalitas dengan harus menghidupkan lampu pada saat jam pembelajaran. Padahal cuaca dan kondisi sudah menunjukan terang. Hanya saja banyak yang beralasan memerlukan tambahan cahaya dari lampu, sebab ada guru yang sedang mengajar. 

Mindset yang salah menimbulkan kebiasaan yang buruk bagi masa kini dan masa depan. Padahal kita dapat menyampaikan pendapat secara asertif kepada guru yang bersangkutan pada saat proses KBM (kegiatan belajar mengajar) supaya mematikan lampu bila cahaya telah memasuki jendela dan ventilasi kelas.

Data Berkata 

            Faktanya terdapat 105 lampu yang menyala pada pukul 08.00 bahwasanya pada jam tersebut cahaya sudah terang secara alami dari matahari. Sangat disayangkan, pada pukul tersebut masih banyak orang yang lalai akan pentingnya mematikan lampu, yang sudah tidak digunakan.

105 lampu menyala saat terang × 8 watt/lampu = 840 watt

1000 watt = 1 kwh
840 watt / 1000 = 0,84 kwh

1 kwh = Rp. 1.300
0,84 kwh × Rp.1.300 = Rp. 1.260
Rp.1.260 × 24 jam = Rp. 30.240

1 kwh = 850 gram CO2
0,84 × 850 g= 714 gram/jam
714 gram/jam × 24 jam = 17.136 gram / hari

Jadi setiap harinya sekolah tersebut menyumbang CO2 sebesar : 17.136 gram / hari

Let's Save the Earth

Beruntung setelah penulis dengan beberapa teman (Kelompok) memberikan sosialisasi evaluasi Project Base Learning kepada warga sekolah. Beberapa pribadi menjadi sadar perlunya merawat bumi melalui hal - hal yang kecil. Salah satu contohnya yakni dengan mematikan lampu jika tidak digunakan dan kondisi pencahayaan baik, atau tidak gelap. 

Mengurangi juga menghemat penggunaan alat alat yang bersangkutan dengan listrik. Sedikit namun pasti, berjalan dalam proses yang pasti guna merawat ‘ ibu bumi ’.

Kita dapat membantu dan bersolidaritas kepada saudara kita dengan mengingatkan keluarga, teman, dan orang lain untuk mematikan alat-alat listrik atau lampu setelah digunakan. Mematikan lampu-lampu pada cahaya matahari telah merekah dan ketika cuaca cerah. Menggunakan lampu tidur yang low watt atau hemat daya ketika malam hari atau ketika ingin tidur. Juga mematikan lampu ruangan yang tidak digunakan. 

Semua metode tersebut hanya akan menjadi angan-angan belaka jika pembaca tidak menjadikan sebuah niatan baru untuk menjaga alam. So, mari merawat rumah kita bersama yakni bumi dengan kebiasaan yang baru dan efektif. Tidak ada salahnya bersolidaritas dengan saudara yang terdampak Global Warming.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun