Mohon tunggu...
Valentino Endiyanto
Valentino Endiyanto Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswa

Game, olahraga

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Parafrasa Sajak Bulan Mei 1998 di Indonesia - W.S. Rendra

14 November 2022   20:09 Diperbarui: 14 November 2022   20:12 743
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Bait pertama memberitahukan bahwa W.S Rendra menulis puisi ini pada saat masa orde baru. Pada masa itu banyak korban berjatuhan, amarah tidak bisa dikendalikan, dan masyarakat menuntut adanya perubahan.

Pada bait kedua, W.S Rendra ingin menggambarkan situasi pada masa itu. Kepercayaan yang diberikan masyarakat kepada pemerintahan masa orde baru sudah rusak. Hukum menjadi tumpul ke atas tetapi tajam ke bawah, bahkan hukum tidak lagi diperhitungkan. Hidup masyarakat pun tidak diperhatikan.

Pada bait ketiga, W.S Rendra menunjukkan bahwa kekuasaan itu melibatkan banyak orang dan membuat orang lupa akan tugasnya karena kenikmatannya yang sementara. W.S Rendra mengkritik mengenai hukum yang tumpul ke atas dan mengingatkan bahwa hukum harus lebih tinggi dari para pejabat.

Pada bait keempat, W.S Rendra ingin mengungkapkan bahwa ada rasa bingung dan putus asa dari masyarakat ketika memperjuangkan keadilan. Di sini Ratu Adil merupakan simbol keadilan yang tidak memihak. W.S Rendra mengungkapkan bahwa yang harus ditegakkan adalah hukum adil, karena hukum adil merupakan pedoman dalam berbangsa dan bernegara.

Pada bait kelima, W.S Rendra menggambarkan keadaan yang terjadi pada bulan Mei 1998 di mana ada sekelompok petugas yang ditugasi untuk menghasut masyarakat untuk melakukan penjarahan dan melakukan tindakan anarkis. Para aparat keamanan tidak membela rakyat melainkan menjadi kaki tangan penguasa.

Pada bait keenam, W.S Rendra ingin mengingatkan para pengusa pemerintahan bahwa kekuasaannya hanyalah sementara. Pada masa itu para penguasa selalu ingin kepemimpinan mereka berlanjut. Mereka tidak mendengarkan masyarakat meskipun melihat masyarakat sengsara. W.S Rendra juga ingin agar para penguasa segera sadar dan berpikir menggunakan hati nurani.

Pada bait terakhir, W.S Rendra menunjukkan bahwa sedih dan duka cita terlihat di wajah masyarakat Indonesia. W.S Rendra merasa sedih saat menulis puisi ini di masa itu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun