Mohon tunggu...
Tovanno Valentino
Tovanno Valentino Mohon Tunggu... Konsultan - Hanya Seorang Pemimpi

Hanya Seorang Pemimpi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Gelar Kapitan Pattimura Dipertanyakan! Haruskah Diluruskan?

27 September 2021   00:22 Diperbarui: 27 September 2021   22:05 3641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi saya, jangan pernah mewarisi penulisan sejarah yang menyesatkan untuk bangsa ini, sebab suatu saat nanti akan berdampak yang lebih "parah" dan meluas bagi Nasionalisme, apalagi dalam upaya mempertaruhkan keutuhan Bangsa ini di masa depan.

Dengan berpatokan bahwa selisih usia buku yang diterbitkan dengan sejarah perang di Pulau Saparua yang selama ini kita ketahui hanya berjarak 40 Tahun. Hal ini menandakan,  kemungkinan besar masih ada saksi mata, pelaku sejarah yang bebas atau penuturan langsung dari masyarakat dan pemuka adad setempat di Pulau Saparua termasuk juga dokumen atau catatan-catatan resmi lainnya yang didokumentasinya pemerintah kolonial Belanda yang dimasukan dalam buku tersebut.

Apa anda gak bertanya-tanya seperti saya? Dari mana sumber primer sejarah Kapitan Pattimura yang selama ini kita pelajari dan sudah diakui oleh masyarakat luas bahkan tercatat secara resmi dalam dokumen Negara, lebih lagi Kapitan Pattimura telah diberi gelar pahlawan Nasional pula? Saya pikir,gak mungkin para sejarahwan atau peneliti gak mengetahui adanya buku Van Doren ini (juga buku dan catatan tertua lainnya), tapi kok menjelma menjadi Kapitan Pattimura?  Atau paling tidak berusaha mencari refrensi primer dan tertua baik buku, catatan dan arsip surat atau dokumen yang tesimpan di arsip Nasional, berbagai museum dalam dan luar negeri, khususnya di Belanda. Kenapa bisa berbeda? Jangan-jangan saya saja yang berpikir begitu. 

Tadinya saya penasaran sampai "tepok jidat" segala , sekarang malah jadi serius menanggapinya, malah super serius. Dan saya yakin, bukan saja saya, tentu anda dan masyarakat luas, pemuka adad, tokoh masyarakat, sejarawan, cendikiawan dan pemerintah yang membaca dan mengetahui tulisan dari Ibu Engelina tersebut, sepatutnya bereaksi.Jika kita semua memilikihati hati nurani dan disertai keberanian,  pasti akan perhatian khusus dan serius untuk diusulkan untuk dikaji melalui tim khusus dibawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, dalam rangka pelurusan sejarah Kapitan Pattimura. Atau lembaga Pemerintah lain yang terkait juga dilibatkan, termasuk dunia kampus, atau bisa melibatkan lembaga-lembaga kajian dan penelitian independent lain. Nah, jika hal ini benar dan tidak diluruskan secara resmioleh negara,  akan menjadi beban sejarah yang berdampak luas di masa depan. Hal ini juga berlaku pada beberapa upaya yang sama dalam penelurusan sejarah lain yang masih perlu diselesaikan untuk diwarisikan kepada generasi penerus bangsa ini. 

Pada akhir tulisan ini, saya teringat apa yang dikemukakan Presiden Soekarno, Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah atau disingkat Jasmerah.  Sekarang menjadi pertanyaan, sejarah yang mana?

Selaku anak bangsa, pada akhir tulisan ini, saya kembali lagi menekankan, perlu adanya tanggapan serius dari para cendikiawan, sejarawan, akademisi, dunia pendidikan dan pemerintah untuk mengkaji lebih lanjut.

Jangan sampai berujung pada kutipan Napoleon Bonaparte,

"History is a set of lies agreed upon".  

Sejarah adalah seperangkat kebohongan yang disepakati.

Salam

Sumber Artikel : . Ibu Dipl.-Oek. Engelina Pattiasina.

Sumber Gambar : Potongan Foto Kapitan Pattimura pada Rp. 1.000

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun