Mohon tunggu...
valentina kusumaningrum
valentina kusumaningrum Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

menulis sebuah teks opini dengan tema aktual

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pandangan Kalangan Muda dan Masyarakat antara Memilih Gapyear atau Kuliah Setengah Hati

24 Oktober 2021   20:04 Diperbarui: 24 Oktober 2021   20:08 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

        Fenomena gap year sering terdengar di kalangan anak muda yang ingin melanjutkan masa studinya setelah SMA ataupun SMK. Dikutip dari Thesaurus.com, gap year berasal dari kata Sabbatical Year yang berarti kegiatan yang bertujuan untuk mengambil masa jeda setelah lulus dari sekolah menengah atas atau sekolah menengah kejuruan dan sebelum memulai kuliah. Secara umum, di Indonesia fenomena gap year sangat tabu sehingga beberapa pelajar terkadang malu saat dihadapkan kenyataan bahwa mereka diharuskan untuk gap year. Selain itu, tekanan dan gunjingan dari keluarga maupun masyarakat yang beranggapan bahwa kuliah ialah hal yang patut dibanggakan

      Ketika diamati lebih jauh lagi, gap year disebabkan karena para pelajar yang berjuang  kembali pada tahun depan untuk mendapatkan kursi di perguruan tinggi maupun institut yang diimpikannya. Hal ini tentunya mengundang pro juga kontra di lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat sekitar. Fenomena ini seringkali di cap negatif dari stigma masyarakat. Namun, tidak hanya dari masyarakat tetapi juga dari lingkungan keluarga yang memiliki ekspetasi yang tidak sesuai dengan hasil yang didapat. Hal ini bisa berakibat hilangnya rasa kepercayaan diri, burn out, anxiety, dan yang lebih parah bisa depresi.

      Masa gap year bukan suatu kesempatan yang buruk bagi mereka yang ingin mewujudkan mimpinya. Sebagian dari mereka yang gap year memanfaatkan masa gap year dengan mengevaluasi diri sendiri dan menentukan langkah atau strategi yang tepat untuk langkah selanjutnya. Namun, pemahaman masyarakat juga keluarga yang tidak open minded membuat gap year menjadi pilihan buruk setelah lulus sma ataupun smk. Sehingga menyebabkan sebagian dari mereka memilih untuk kuliah di jurusan, perguruan tinggi dan institut seadanya dengan setengah hati karena gengsi terhadap lingkungan sekitar.

    Sebagian besar di daerah barat beranggapan bahwa gap year ialah hal positif. Hal ini didukung dari penelitian Australia bahwa pelajar yang gap year biasanya lebih berpikir dewasa dan mandiri daripada pelajar yang tidak menjalani gap year. Dikutip dari wirahadie.com, Pangeran William, Benedict Cumberbatch dan J.K Rowling merupakan beberapa nama terkenal yang pernah menjalani masa gap year sebelum akhirnya gap year menjadi sebuah tren yang terkenal di daerah Amerika Serikat.

   Bedasarkan penelitian dan contoh tersebut membuktikan bahwa gap year bukan hal yang memalukan. Dengan gap year, bisa memiliki banyak waktu untuk merefleksikan diri, mengevaluasi diri, dan mengeksplorasi diri terhadap minat bakat yang dimiliki. Hal yang perlu digarisbawahi ialah gap year tidak memberikan jaminan sukses karena sejatinya hal tersebut kembali lagi ke diri sendiri.

   Para pelajar yang memutuskan untuk berkuliah seadanya disebabkan karena beberapa faktor, yaitu dorongan dari orang tua, gengsi terhadap lingkungan sekitar dan salah jurusan. Para orang tua kebanyakan beranggapan menunda kuliah akan menyia-nyiakan waktu yang ada sehingga banyak dari mereka yang memaksa anaknya untuk berkuliah seadanya di jurusan yang terbilang cari aman. Padahal hal ini bisa membuat anak mereka memiliki tekanan mental yang tinggi dan menjalani kuliah dengan setengah hati.

   Terlepas dari beberapa hal-hal negatif yang disebabkan saat memilih berkuliah dahulu ada beberapa dampak hal positif yang bisa diambil saat memilih untuk berkuliah dahulu yaitu dapat memberi pandangan mengenai sistem mekanisme saat bekuliah, memperluas relasi dan juga menambah pengalaman. Mereka yang memilih berkuliah dahulu biasanya saat mengikuti ujian masuk universitas maupun institut tahun selanjutnya tidak mengalami kebingungan saat menjalaninya karena sudah terbiasa.

    Gap year maupun berkuliah terlebih dahulu merupakan pilihan yang tidak salah tergantung diri sendiri masing-masing mengambil dampak positif dan negatifnya seperti apa. Oleh karena itu, keputusan gap year dan berkuliah dahulu tidak menjamin orang tersebut sukses lebih awal. Tidak ada yang lebih baik atau lebih buruk, selama diri sendiri yakin dengan keputusan yang diambil dan benar-benar berkomitmen dengan sepenuh hati.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun