Mohon tunggu...
Jejak Opini
Jejak Opini Mohon Tunggu... Hidup Adalah Tentang Perjalanan

Damai Penuh Makna

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pendidikan Ngaji dan Kehidupan Religius di Ohoi Ngafan

16 Juli 2025   14:52 Diperbarui: 16 Juli 2025   14:52 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aktifitas Generasi Muda di Ohoi Ngafan (Pemuda Ohoi)

Di tengah arus digitalisasi dan gaya hidup modern yang menjalar hingga ke pelosok kampung, Ngafan tetap teguh menjaga nilai-nilai keagamaan dan moral. Anak-anak kampung tidak larut dalam layar gawai, tetapi masih menjalani kehidupan yang sederhana dan penuh kedisiplinan. Orang tua, guru, dan tokoh agama bekerja bersama membimbing anak-anak agar tetap dalam jalur yang terhormat.

Setiap bulan Ramadhan, suasana kampung berubah menjadi lebih khusyuk. Anak-anak akan memenuhi masjid untuk mengaji, dipimpin oleh Imam Ohoi Ngafan. Mereka membaca Al-Qur'an dengan tartil, saling menyimak, dan menerima bimbingan dengan penuh rasa hormat. Seperti dikatakan Imam Ohoi Ngafan, Baludidin Matdoan, "Anak-anak yang mengaji bukan hanya membaca huruf, tapi sedang menanamkan adab. Huruf Al-Qur'an akan menjaga mereka, bahkan saat orang tua sudah tiada."

Tradisi ini tidak hanya berlangsung saat Ramadhan. Setiap pagi sebelum sekolah dan setiap sore menjelang maghrib, anak-anak duduk bersila di surau atau rumah guru ngaji. Mereka belajar bukan hanya membaca, tapi juga menghormati. Jika ada yang malas mengaji atau bolos sekolah, mereka akan diberi teguran atau hukuman ringan---bukan untuk mempermalukan, tetapi untuk menanamkan tanggung jawab.

Anak-anak terbiasa membantu para guru sebagai wujud penghormatan. Mereka mengambil air dari sumur dalam jerigen untuk dibawa ke rumah guru, membawa kayu bakar untuk keperluan memasak, bahkan mencari kayu besi dari hutan untuk mengganti umpak rumah guru yang rusak. Kadang, guru ngaji atau guru sekolah mengajak anak-anak ke kebun, mencabut rumput, mengumpul kelapa kering,menanam, memanen dan  lainya. Aktifitas anak-anak ini, bukan sekadar bertani, tetapi untuk belajar langsung tentang kerja keras dan kebersamaan.

Sebagaimana dikatakan oleh Hadijah Difinubun, seorang guru perempuan, yang suda lama mengabdi di SD Inpres  Ngafan, "Di sini anak-anak tidak hanya belajar dari buku, tapi dari kehidupan. Kebun, sumur, dan surau (rumah guru ngaji)  dan  kelas-kelas kami yang lain."

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun