Persepsi risiko dapat menjadi prediktor perilaku protektif (Katapodi et al., 2004), dan dengan demikian risiko tidak boleh dibesar-besarkan atau diremehkan.
 Ketika perubahan sudah dekat, para pemimpin harus berkomunikasi lebih awal, bahkan dengan informasi yang tidak lengkap. Sementara orang tidak menyukai ketidakpastian, persepsi kebingungan lebih buruk karena mengurangi kepercayaan.
 Selain itu dengan menggunakan pendekatan norma social.
 Orang-orang secara intrinsik termotivasi untuk menjaga kelompok mereka, untuk itu komunikasi yang optimal perlu melibatkan pembinaan solidaritas (KerssenGriep et al., 2003) dan menyelaraskan pesan dengan norma sosial untuk mengambil tanggung jawab untuk orang-orang yang dekat dengan mereka dan sesama warga dan menghindari menjadi vektor penyakit.
Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan dalam mengatasi kondisi pandemic Covid 19 sekarang ini, pemerintah juga perlu menggunakan pendekatan komunikasi dalam situasi Krisis (Situational Crisis Communication Theory). Dalam strategi ini, rebuilding posture menjadi pilihan terbaik dalam merespons situasi krisis ini.
 Namun strategi ini secara jangka panjang akan berdampak pada penurunan kredibilitas pemerintah. Untuk mengurangi dampak tersebut maka pemerintah perlu melakukan pendekatan komunikasi dengan empati, menjaga kredibilitas informasi, dan dengan pendekatan norma social yang dapat dipertanggung jawabkan.