Sebelumnya,saya mengkonfirmasi bahwa,saya bukan seorang guru ataupun pendidi di LSM pejuang pendidikan setempat
Saya hanya prajurit narasi,yang tinggal di salah satu pedalaman Papua lebi tepat di Kabupaten Asmat
Nah,sebelum lanjut ke narasi  saya soal guru dan pendidikan generasi Papua,saya harus mengaris bawahi bahwa, narasi ini hanya bersifat hipotesa dan mau di bilang pula pengamatan kecil..
Oke lanjut...
Bicara pendidikan tidak bisa terlepas dari aktor utamanya yakni guru. Guru merupakan tolok ukur perkembangan dan kemajuan pada satuan pendidikan tertentu.
Guru selalu tampil sebagai pemberi jalan bagi peserta didik agar dengan bebas mengembangkan semua potensi diri, talenta yang dimiliki setiap individu manusia.
Sebagaimana proses pendidikan selalu dimaknai sebagai satu aktivitas dialog antara orang yang lebih dewasa, orang yang berpengetahuan lebih bersama orang yang belum dewasa yang membutuhkan bimbingan dan didikan demi menemukan jati diri mereka sebagai manusia merdeka.
Guru senantiasa berperan ganda yakni sebagai pentransfer ilmu pengetahuan, tetapi sekalilgus sebagai pengganti orang tua yang cukup menguras pikiran bagi anak didiknya. Banyak nilai pendidikan positif yang tidak dimiliki orang tua justru guru jalan terakhirnya. Sudah jelas guru merupakan tiang penyangga negara.
Perlu bangun pemahaman bahwa, bangun pendidikan dasar sama dengan memperbaiki kualitas hidup manusia sejak dini. Selain itu, melekatkan nilai-nilai budaya positif pada generasi bangsa sebagai pijakan hidupnya.
Pandangan pribadi saya,di Wilaya Provinsi Papua perhatian pemerintah soal pendidikan semakin telihat,baik itu soal peningkatan SDM maupun gencar dalam membangun infastruktur.