Mohon tunggu...
Jejak Opini
Jejak Opini Mohon Tunggu... Jurnalis - Hidup Adalah Tentang Perjalanan

Damai Penuh Makna

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Mangrove dan Masyarakat Pesisir Asmat

3 Juni 2020   23:26 Diperbarui: 3 Juni 2020   23:21 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Semangat Generasi Muda Saat Menanam Pohon Mangrove di Pesisir Kampug Yepem Distrik Agats,Kabupaten Asmat Provinsi Papua (Foto: Ist.)

-Mangrove Pesisir Asmat

Wilayah pesisir Kabupaten Asmat terbentang, memanjang hingga di wilayah selatan Propinsi Papua dengan koordinat 137 -141 Bujur Timur, memiliki puluhan sungai-sungai besar dan kecil yang bermuara ke Laut Arafura. Dengan struktur tanah berlumpur di sepanjang pantai, maka tumbuh suburlah tanaman mangrove di lingkungan ini hingga jauh ke hilir sungai.  

Hutan mangrove di wilayah Asmat termasuk terbesar di Indonesia, namun tidak sedikit  mengalami kerusakan di wilayah pantai. Menurut masyarakat setempat kerusakan ini diawali dengan penebangan pohon mangrove pada lingkaran terluar oleh Mereka sendiri, kerusakan menjadi parah  oleh gempuran arus dan gelombang pasang,  seperti yang telah terjadi di wilayah pantai muara Sungai Unir, Ewer, beberapa titik di sepanjang pantai Kampung Yepem sampai kampung Peer, dan Pantai Distrik Safan.

-Anak Pesisir Asmat

Sebagai masyarakat pesisir yang yang masih berpegang kepada adat istiadat serta  ketergantungan secaraa total kepada alam. Maka, kewajiban menjaga dan melindungi ekosistem hutan mangrove beserta seluruh satwa di dalamnya, sebagai sumber kelangsungan hidup, adalah suatu konsekuensi mutlak. Dengan demikian, maka keseimbangan antara manusia dengan alam dapat terpelihara baik.

 Adalah keseimbangn yang telah menjadi moto pendahulu serta  konsep dasar Pemerintah Daerah Kabupaten Asmat dalam menerapkan pembangunan di Tanah Adat Asmat yaitu, "Ja Asamanam Apacamar" yang berarti "Berjalan dengan penuh Keseimbangan".

Mengingat pentingnya mangrove sebagai green belt atau sabuk hijau, pelindung pantai dan membawa pengaruh besar baik bagi ekosistem laut dan darat. Maka bisa dibayangkan bila ekosistem mangrove mengalami kerusakan bahkan hancur sama sekali. 

Bila kemungkinan terburuk ini terjadi, tidak mustahil badai, gelombang pasang atau tsunami akan menghantam garis pantai dengan ganas, tanpa sebatang mangrove pun sebagai pelindung. Tanpa pelindung lingkungan hidup, seisi kampung akan musnah --demikian pula dengan seluruh kebudayaan di dalamnya.

Satu hal yang harus diterapkan untuk mempertahankan green belt --sabuk hijau bagi generasi penerus, supaya tidak terjadi abrasi dan kerusakan pantai, adalah dengan memelihara hutan mangrove supaya tetap hijau. Kewajiban generasi muda dalam hal ini adalah memulai, menanan, menjaga, dan merawat mangrove di garis pantai, untuk hari ini dan nanti. 

Kelangsungan hidup, masa depan generasi penerus, kesinambungan mama-mama berkebun di sepanjang pesisir pada prinsipnya sangat tergantung kepada green belt, hijau mangrove selaku sabuk pengaman yang berfungsi memelihara konservasi alam --menangkal gelombang pasang dan abrasi.  Menanam satu pohon mangrove berarti menyelamatkan kehidupan.

Sebagai generasi muda pesisir, dengan Doa dan Harapan, hari ini kami telah memulai menanam pohon mangrove di sepanjang Pantai Kampung Yepem Distrik Agats Kabupaten Asmat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun