Mohon tunggu...
R.A. Vita Astuti
R.A. Vita Astuti Mohon Tunggu... Dosen - IG @v4vita | @ravita.nat | @svasti.lakshmi

Edukator dan penulis #uajy

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Mengatasi Senioritas

30 Juli 2021   10:13 Diperbarui: 30 Juli 2021   21:42 613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Christina @ wocintechchat.com - unsplash.com

Sudah hampir 30 tahun ini saya malang melintang di dunia kerja. Total ada lima jenis pekerjaan di lokasi dan kota bahkan negara yang berbeda. Semuanya mirip-mirip tidak jauh dari dunia pendidikan. 

Jadi saya bisa menganggap diri saya saat ini sebagai senior dan dapat juga menceritakan pengalaman menjadi junior sampai lima kali. Lumayanlah kredibilitas saya untuk bercerita tentang senioritas di kantor.

Sebagai Junior

Pengalaman saya sebagai junior cukup beragam karena latar belakang saya dan koneksi yang saya punya di kantor tersebut.

1. Menggantikan ayah
Ayah saya cukup disegani di kantor tersebut. Namun karena kesibukan yang menumpuk, saya diminta menggantikan posisinya karena saya punya latar belakang pendidikan yang sama. Jadi walaupun saya junior, saya tetap disegani - hanya saya ada cukup berat beban karena orang-orang punya ekspektasi tinggi setinggi kualitas ayah saya.

2. Menjadi Golden Girl
Di kantor berikutnya, saya lolos tes masuk dengan nilai tertinggi. Boss senang dan mengistimewakan saya. Alhasil, saya diberi banyak pekerjaan dan dipercaya mengikuti rapat penting dengan pimpinan. Sebenarnya saya mencoba low profile dan tahu diri namun suatu hari ada serangan dari para senior yang menjatuhkan kredibilitas saya. Saya belum cukup rendah hati di mata rekan kerja yang lain yang lebih senior. Satu kesalahan kecil saya, mereka buat besar. Lalu saya memilih mengundurkan diri dan pindah kerja ke kota lain - cara paling aman untuk menyelesaikan konflik.

3. Pekerja Langka
Kantor ketiga ini istimewa karena saya hanya bertahan selama 3 bulan tapi sangat mengesan. Kebetulan saya menggantikan teman, hanya saja teman saya itu kualitasnya di bawah saya. Saya menjadi sorotan karena teman yang sebelumnya berbuat kesalahan. Namun ada kemampuan saya yang tidak bisa dilakukan oleh rekan kerja lain. Naiklah tingkat saya dari junior yang disorot menjadi setara dengan para senior bahkan diandalkan. Sedihnya, saya harus kembali ke kampung halaman karena alasan keluarga.

4. Invisible
Pengalaman bekerja di tiga tempat sebelumnya membuat saya semakin berhati-hati. Saya menjadi bersikap introvert. Berusaha tidak menonjol, sangat patuh dan taat, menuruti apa kata senior. Keadaan aman-aman saja sampai pada suatu saat saya mendengar ada isu gelombang pemecatan di kantor baru saya ini. Kebetulan ada lowongan pekerjaan di tempat yang lebih baik. Diam-diam saya melamar ke sana dan akhirnya diterima. Lalu saya mengundurkan diri dengan terbuka. Eh, kantor tersebut senang karena memang sesudahnya ada pemecatan besar-besaran. 

5. Parah
Di kantor kelima ini saya merasakan pengalaman senioritas di kantor terparah. Namun saya belajar banyak supaya kalau saya menjadi senior saya tidak akan seperti orang tersebut. Yang saya lega, senior saya yang otoritas, sok ngatur dan berkuasa yang tidak manusiawi itu karena dia belum pernah bekerja di tempat lain. Setelah lulus kuliah dai langsung bekerja di kantor ini sampai bertemu saya. 

Pengalaman menjadi junior di tempat yang berbeda membuat kita bisa memilih ingin menjadi senior yang seperti apa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun