Mohon tunggu...
Lyra Vetra
Lyra Vetra Mohon Tunggu... -

Lahir tanggal 28 Maret 1995 di Yogyakarta. Ayahnya peneliti tenaga nuklir dan ibunya seorang guru. Keduanya mantan guru dan yang sekarang pengajar Biologi STTN.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Historia Est Magistra Vitae, dari Amangkurat sampai DGK (Dinasti Gurita Cikeas)

26 Januari 2010   16:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:14 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya membaca novel sejarah berjudul Trunojoyo-nya Gamal Kumandoko, lalu terpikir;

Sunan Amangkurat I memiliki anak yang tega meracuni dirinya dan mengkhianati Mataram sendiri, dialah Adipati Anom. Adipati ini ingin memiliki kekuasaan menjadi raja secepatnya untuk menggantikan ayahnya yang dianggapnya tidak becus dalam memimpin kerajaan Mataram.

Dalam perjalanan pengkhianatan itu, Cornelis Janczoon Speelman dan Arung Palakka berhasil menduduki Sulawesi, yang membuat prajurit Makassar menyelamatkan diri ke Jawa, ke kerajaan Mataram untuk mendapatkan bantuan. Sebelumnya, Sultan Agung bersahabat dengan negeri Makassar ini, tetapi dalam perjalanan tahta berikutnya, Sunan Amangkurat I tidak menjalin persahabatan lagi, sehingga prajurit Makassar ini tidak diberinya bantuan, apalagi tempat bermukim.

Adipati Anom yang menginginkan kekuasaan tahta, memiliki ide untuk menggempur Mataram dengan persatuan prajurit Makassar dan satu lagi wayangnya yang lain yaitu Trunojoyo. Trunojoyo adalah pemimpin Madura secara de facto sedangkan secara de jure-nya adalah Panembahan Cakraningrat yang ingin membunuh Trunojoyo.

Panembahan Cakraningrat dapat segera diingkirkan ke hutan Lodaya, sehingga Trunojoyo dapat langsung memimpin pasukan Madura. Itu juga karena bantuan Adipati Anom sesuai perjanjian diam-diam mereka, bahwa jika Trunojoyo dapat menghabisi Sunan Amangkurat di Plered, maka Adipati Anom akan menjadi raja sedangkan yang memerintah de facto-nya adalah Trunojoyo.

Untuk Prajurit Makassar, Adipati Anom mengadakan perjanjian jika Mataram sudah menjadi kekuasaannya, maka Makassar akan dibantu dalam perang melawan Belanda. Berikut perjanjian itu juga disertakan bagian tanah di Jawa Timur sebagai pemukiman sementara tanpa sepengetahuan Sunan Amangkurat. Prajurit Makassar yang beringas, dalam menduduki daerah yang dijanjikan sangat merugikan rakyat karena mereka merampas, merampok tanpa ampun, dan melebarkan wilayahnya.

Trunojoyo dan Kraeng Galesong, pemimpin prajurit Makassar dipertemukan dan segera menggempur Mataram. Dalam penggempuran itu, Sunan Amangkurat mengungsi dari Plered bersama juga Adipati Anom.

Kemenangan yang dimiliki Trunojoyo membuatnya sombong dan mengangkat dirinya sebagai raja yang berkedudukan di Surabaya. Dan dalam perjalanan pengungsiannya, Sunan Amangkurat membuka pengkhianatan Adipati Anom yang diketahuinya lama sebelumnya. Tetapi setelah itu Sunan Amangkurat wafat karena air kelapa yang diberi Adipati Anom telah terlebih dahulu dimasukkan racun oleh Adipati Anom sendiri. Sebelum meninggal, Amangkurat telah memberitahukan bahwa Trunojoyo akan mengkhianati Adipati Anom, dan dalam hal itu, Adipati Anom harus bekerja sama dengan Belanda jika ingin mendapatkan Mataram kembali.

Historia est Magistra Vitae

Sejarah pasti berulang; Bahwa dalam dunia yang memiliki tingkatan yang lebih tinggi, pasti akan ada intrik-intrik tersembunyi yang ingin merebut kekuasaan yang besar. Tidak sekarang tidak jaman dulu, sama saja. Segala macam hal dilakukan, jika dulu melalui perjanjian yang diam-diam, sekarang pula ada rapat tertutup. Dulu melalui pengkhianatan, sampai sekarang itu masih bertahan. Masih ingatkah Munir? Sampai sekarang belum diketahui jelas kematiannya, racunkah? Dahulu dunia kerajaaan, sekarang dunia kenegaraan, tapi apa sih bedanya? Bukankah rumusan untuk mendapatkan yang lebih besar masih sama, kecerdasan plus kelicikan.

Yang kuasa disingkirkan, untuk mendapatkan kekuasaan sendiri. Perjanjian yang menguntungkan disetujui dan akhirnya dilanggar demi mendapat keuntungan yang lebih besar. Yang tadinya berkoalisi, di tengah jalan pecah karena keinginan kekuasaan untuk diri sendiri. Niatnya mungkin berawal dengan baik. Ingin menyejahterakan masyarakat, dengan tidak menggunakan sistem yang sama. Karena sistem yang sama dianggap tidak efektif. Tetapi caranya-lah yang kurang benar, sehingga ujung-ujungnya pun juga tidak berhasil dengan baik. Siapa yang menanam akan menuai.

Sosok Sunan Amangkurat bagian sisi lainnya, bagian yang menampakkan dia tahu keadaan tetapi tidak segera memberi tahu Adipati Anom inilah yang dapat dikatakan sebagai rakyat. Rakyat sudah tahu siapa yang salah siapa yang benar, siapa yang patut dibela, siapa yang patut dijebloskan. Tetapi penyakit yang sudah lama menjangkit muncul lagi, jaminan dengan iming-iming uang barangkali. Sehingga kasus suap kepada rakyat menjadikan penguasa yang patut dijebloskan malah mendapatkan atensi pro.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun