Semua Lagi Ngomongin Transformasi Digital, Tapi Banyak yang Gagal Paham
Beberapa hari terakhir, aku nyasar ke beberapa video edukasi dan artikel soal dunia B2B. Awalnya iseng, tapi lama-lama aku kebawa suasana. Ternyata dunia bisnis itu bukan cuma tentang jualan dan branding. Ada satu hal penting yang sering luput: kekuatan kolaborasi dan kesiapan menghadapi masa depan digital.
Aku baru tahu kalau Telkom Indonesia lagi serius banget buat memperkuat diri di ranah B2B, alias business-to-business. Bukan sekadar jual jasa ke perusahaan, tapi benar-benar jadi tulang punggung transformasi digital mereka. Dan jujur, aku cukup kaget pas tahu kalau mereka membangun kekuatan ini bukan cuma dari satu sisi, tapi dari berbagai lini dalam Telkom Group. Mulai dari Telkom Solution sampai Indibiz, semuanya dilibatkan.
Dari yang aku baca, mereka bahkan bikin semacam penyelarasan strategi secara nasional. Jadi semua unit di bawah Telkom, termasuk yang urus enterprise dan UKM, dipaksa untuk kerja bareng. Bukan cuma supaya bisa saing sama perusahaan digital lain, tapi juga siap buat perang harga. Yes, harga makin gila, kompetisi makin ketat, dan kalau nggak siap, bisa tumbang.
Dan aku jadi mikir, ini bukan cuma soal Telkom. Ini soal semua bisnis. Siapa pun yang pengen bertahan sekarang, harus sadar bahwa kolaborasi internal dan digitalisasi itu bukan lagi pilihan, tapi kebutuhan.
Kekuatan Besar Dimulai dari Dalam, Bukan Luar
Yang paling menarik dari strategi Telkom ini adalah caranya merangkul semua kapabilitas mereka. Jadi bukan cuma satu produk atau layanan, tapi semua kekuatan yang mereka punya dipadukan. Mereka bikin 3 fokus utama:
- Melayani bisnis besar dan pemerintah lewat Telkom Solution
- Mendampingi UKM di seluruh daerah lewat Indibiz
- Mendorong penetrasi layanan dari semua anak usaha Telkom
Dari cara mereka menyusun strategi ini, aku belajar satu hal penting: menang itu dimulai dari dalam. Kalau internalnya kacau, komunikasinya amburadul, ya mana bisa bantu klien buat transformasi?
Dan jangan kira semua ini cuma buat "pamer kekuatan" aja. Justru Telkom mikir panjang. Mereka sadar, kalau pelaku bisnis di Indonesia mau naik kelas, mereka butuh mitra teknologi yang bukan cuma jualan alat, tapi juga siap bantu dari awal sampai akhir.
Yang lebih gila lagi, mereka bahkan udah siap ngadepin tren harga murah. Jadi saat pemain lain banting harga, mereka nggak panik. Karena mereka udah punya kekuatan dari segi inovasi dan efisiensi operasional. Jadi nggak usah saling tabrak, tinggal tunjukin nilai lebih.
Aku juga lihat, ini bukan strategi jangka pendek. Telkom mulai serius banget bangun sistem keamanan digital, integrasi aplikasi, sampai bikin ekosistem buat UKM biar nggak keteteran di era digital. Bahkan perusahaan kecil pun sekarang bisa punya sistem yang dulu cuma dimiliki perusahaan besar.