Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Diponegoro (UNDIP), Tim 8 Kelompok 1 mengembangkan dan mengimplementasikan inovasi alat pembasmi hama otomatis berbasis tenaga surya dan lampu ultraviolet sebagai salah satu program kerja mereka di Dukuh Gabahan, Desa Jombor, Kecamatan Bendosari. Alat ini dipasang di lahan Pertanian Kelompok Wanita Tani (KWT) Gabahan RW 12 untuk mendukung upaya ketahanan pangan lokal.
Inovasi ini dinilai ramah lingkungan dan hemat energi karena bekerja secara otomatis---menyala di malam hari dan mati saat pagi hari, tanpa listrik tambahan dan tanpa bahan kimia. Alat tersebut memanfaatkan panel surya sebagai sumber energi dan cahaya ultraviolet untuk menarik serangga hama seperti kutu putih dan serangga terbang.
Meskipun baru dipasang selama satu hingga dua minggu, inovasi ini langsung mendapat perhatian dan harapan besar dari para anggota KWT. "Kami memang belum bisa lihat hasil nyatanya karena masih baru, tapi dari cara kerjanya saja sudah bikin kami penasaran. Kalau memang bisa bantu kurangi hama, ini bisa jadi solusi yang bagus buat kami," ujar bapak Tuimin, Ketua Rw setempat.
Selama ini, upaya pengendalian hama di lahan KWT masih dilakukan secara manual, seperti penyemprotan rutin dengan pestisida. Selain menyita waktu dan tenaga, penggunaan pestisida juga menimbulkan kekhawatiran terkait dampaknya terhadap kesehatan dan lingkungan. "Kami biasa semprot pagi-pagi, tapi tetap saja tanaman sering rusak. Kalau ada alat yang bisa kerja sendiri dan lebih aman, tentu kami senang," lanjutnya.
Lahan yang dikelola KWT saat ini tengah difokuskan untuk membudidayakan tanaman pangan sebagai bagian dari upaya memperkuat kemandirian pangan di lingkungan desa. Meskipun hasil panen belum sepenuhnya dapat dimanfaatkan secara luas, inisiatif ini dinilai sebagai langkah awal yang penting. Gangguan hama yang selama ini menjadi kendala utama diharapkan bisa ditekan, sehingga proses penanaman berjalan lebih lancar dan berkelanjutan.
"Kalau tanaman bisa tumbuh baik dan tidak banyak yang rusak, tentu lebih semangat untuk lanjut menanam. Harapannya nanti bisa membantu memenuhi kebutuhan pangan warga, tanpa harus selalu bergantung dari luar," ungkap Ketua KWT, Ibu Ngatini.
Selain membantu mengendalikan hama, alat ini juga memberikan dampak positif dari sisi efisiensi waktu dan tenaga. Para anggota KWT mulai melihat peluang untuk mengalihkan sebagian energi mereka ke kegiatan lain yang bersifat produktif, seperti pengolahan hasil kebun menjadi produk bernilai tambah. "Kalau nanti alat ini terbukti efektif, kami bisa lebih fokus mengembangkan olahan. Misalnya bikin bumbu instan atau minuman herbal dari hasil kebun," lanjutnya.Â
Dari sisi ekonomi dan lingkungan, penggunaan alat ini di harapkan membawa banyak manfaat. Berbagai temuan dari literatur terdahulu menunjukkan bahwa teknologi sejenis mampu menurunkan populasi hama secara signifikan, mengurangi kebutuhan pestisida hingga lebih dari setengahnya, serta meningkatkan hasil panen. Penghematan biaya produksi pun menjadi mungkin, ditambah lingkungan yang lebih bersih, petani yang lebih sehat, dan waktu kerja yang lebih fleksibel untuk dimanfaatkan ke hal-hal yang lebih produktif.
Meskipun masih dalam tahap awal, implementasi alat ini telah memberikan gambaran jelas tentang bagaimana teknologi sederhana bisa membawa dampak luas di sektor pertanian desa. "Bagi kami, ini bukan sekadar alat, tapi awal dari cara bertani yang lebih cerdas dan berkelanjutan," tutup perwakilan anggota KWT Gabahan dengan penuh semangat.