Mohon tunggu...
amooanuu
amooanuu Mohon Tunggu... MAHASISWA SASTRA INGGRIS UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

Pecandu musik pop internasional yang selalu menemukan inspirasi dari lirik lagu favorit. Suka Laut, Fajar dan Seutas Pelangi yang datang setelah Hujan.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Marsinah: Perempuan Biasa yang Melawan Lupa dan Ketidakadilan

4 Juni 2025   12:13 Diperbarui: 4 Juni 2025   12:22 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejarah mungkin tidak banyak menyebut Marsinah, tetapi bagi banyak orang, terutama para buruh dan pegiat hak asasi manusia, Marsinah adalah simbol perlawanan yang tidak dapat dilupakan. Ia bekerja di pabrik jam tangan PT Catur Putra Surya di Sidoarjo, Jawa Timur, dan menjadi korban kekerasan negara selama era Orde Baru.

Marsinah hanyalah seorang wanita muda yang gigih memperjuangkan keadilan di tempat kerja; dia bukan aktivis dari organisasi besar. Marsinah dan rekan-rekannya melakukan mogok kerja pada Mei 1993 untuk menuntut hak-hak mereka seperti kenaikan upah sesuai Surat Keputusan Gubernur Jawa Timur, cuti haid, dan jam kerja yang manusiawi.

Tetapi perjuangan itu berakhir tragis. Marsinah ditemukan tewas dalam kondisi mengenaskan di sebuah gubuk di hutan Wilangan, Nganjuk, pada 8 Mei 1993. Sebagai hasil dari otopsi, ditemukan bahwa ia mengalami penderitaan yang parah sebelum meninggal. Pelaku belum diadili secara menyeluruh hingga saat ini. Nama negara terus berada dalam bayang-bayang ketidakadilan karena kasus ini dan berbagai pelanggaran HAM lainnya.

"Marsinah bukan hanya nama. Ia adalah suara yang menolak dibungkam."---Komnas Perempuan, siaran pers Hari Buruh 2020.

Perempuan seringkali menjadi ruang perselisihan antara kekuasaan dan represi. Ia tidak hanya dibungkam karena pekerjaannya, tetapi juga karena ia perempuan yang berani. Marsinah berfungsi sebagai simbol feminisme untuk menentang dua jenis dominasi: sebagai kelas pekerja dan sebagai perempuan.

"Saya melihat Marsinah sebagai pahlawan rakyat. Dia menolak tunduk pada kekuasaan yang menindas."

 Asvi Warman Adam, sejarawan LIPI, Historia.id (2013)

Perjuangan Marsinah juga mencerminkan bagaimana sistem patriarki dan kapitalisme saling menguatkan dalam menindas kelompok rentan, khususnya buruh perempuan. Perempuan yang menyuarakan hak sering kali dianggap melawan norma, tidak tahu diri, atau bahkan ancaman bagi stabilitas. Marsinah melawan stigma itu dengan tindakan nyata, meski akhirnya harus membayar mahal.

Hari ini, perjuangan Marsinah tetap relevan. Ketimpangan upah, jam kerja eksploitatif, kekerasan berbasis gender di tempat kerja, hingga pembungkaman suara-suara kritis masih terjadi. Marsinah mengingatkan bahwa perjuangan perempuan dalam dunia kerja bukan hanya soal ekonomi, tapi juga soal harga diri dan hak atas tubuh dan suara. 

Oleh sebab itu Mengenang Marsinah bukan sekadar mengenang tragedi. Ia adalah bentuk perlawanan terhadap yang lupa. Ia adalah pengingat bahwa suara sekecil apa pun tetap punya arti, dan bahwa keadilan tidak akan datang tanpa keberanian untuk memperjuangkannya sekalipun dengan risiko tertinggi.

Writer: Siti Sundari

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun