Langit masih di penuhi bintang. Ketika sayup-sayup terdengar suara jerigen ditabuh. Diselingi dentang besi dipukul.
Lamat-lamat, suara anak-anak berteriak membangunkan sahur terdengar. Riang tanpa takut meski malam masih memeluk.
Rasa kantuk yang menggelayut pelan-pelan sirna. Setelah sepenuhnya terjaga, saya keluar untuk menyapa dan mengabadikan anak-anak yang tengah berkeliling.
Ya ampun, ternyata mereka hanya berempat. Semula ada lima anak, namun seorang anak pulang sebab sudah jam 03.45.Â
Empat anak lainnya pun kembali ke rumah masing-masing usai berbincang. Rumah mereka memang berdekatan. Selain itu komplek kami di Kota Banjarbaru tak terlalu besar sehingga mereka bisa berkeliling untuk membangunkan sahur.
BAGARAKAN SAHUR
kegiatan yang dilakukan kelima anak itu bukan sesuatu yang baru. Bahkan dapat dikatan sudah menjadi tradisi banjar yang masih dilakukan hingga kini.
Kegiatan yang dikenal dengan bagarakan sahur ini telah dilakukan sejak dulu. Memang tidak ada catatan pasti kapan bagarakan sahur dimulai. Namun kuat kaitannya dengan masa masuknya agama Islam ke Kalimantan.
Dengan berkeliling, warga mengingatkan agar segera bersiap menyantap makanan sebelum azan subuh berkumandang.
Kegiatan yang telah menjadi tradisi ini hingga saat ini tetap dijaga. Warga masih berkeliling membangunkan sahur walaupun teknologi mampu mengantikan peran warga.
TERBATAS