Mohon tunggu...
Usup
Usup Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Konten

Saya Usup, sebagai penulis atau novelis. Saya suka menulis dan kini saya aktif menulis, tergabung dari Getcraft sebagai marketplace, wadah bagi creator untuk memasarkan karyanya. Saya menulis tiga novel saat ini, dan tahun ini novel saya kembali terbit judulnya, #Inilahtantangankita Travel story

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Usup Promo Tour Online

10 November 2019   13:44 Diperbarui: 10 November 2019   14:01 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

           '' Waaaah... itu laut, '' aku berkendara di atas pegunungan, melihat laut kebiruan artinya sudah dekat lagi. Sejenak aku berhenti, aku mengeluarkan hpku dari kantung celana depan, di google maps, kisaran dua kilo meter lagi, ah.... itu sudah sangat dekat. Aku tersenyum bahagia. Sepasang kekasih bule menaiki motor kecepatan santai melawan arus sembari membawa papan selancar, bule itu tersenyum padaku, aku membalasnya. Oke lanjutkan perjalanan kembali berkendara.

Sebuah pesan di whatsapp

Beni... ayah menyatakan untuk melanjutkan hidup lagi bersama tante marim, ayah mau mendatanginya keberau, kami mungkin menikah di sana, tidak besar-besar, hanya acara kecil-kecilan setelah meresmikan dikantor K'U'A, itu keputusan ayah, kamu mungkin tidak datangkan? Kita sudah lama tidak bertegur sapa, tapi ayah hanya ingin kasih tahu ini, pesan ini, penting. Hati -- hati nak dibali, ayah selalu berdoa untukmu walau kamu membeciku, jangan masalahkan lagi masalah lama kita, itu sudah usai beni, kita perlu membuka lembaran baru masing-masing, ayah mau kamu cepat mendapatkan jodohmu. 

          Ini sebuah pesan dari ayah, astaga, mengapa aku ingin menangis? Mengapa aku jadi sedikit sesak nafas? Tante marim adalah orang baik, tapi aku masih tidak bisa lupa akan sikap ayah kepada kehidupan aku dan mama dulu, karena dia, kami menjalani hidup cukup dramatis, membayar hutang yang ditingglkan ayah begitu saja. Ayah menipu keluarganya sendiri. Tepat di depan gapura 'Padang Padang Beach' aku membaca pesannya setelah memparkir motorku dilapangan parkir. Baiklah, lebih baik sekarang aku hilangkan dulu pikiran ini, aku harus segera masuk kedalam.

          '' Siang pak... '' aku menyapa dan berhenti depan loket untuk membeli karcis. '' Satu karcis pak, ''

          '' Darimana? '' bapak penjaga loket bertanya sambil tersenyum kecil.

          '' Oh.... saya dari kalimantan, '' senyumku lebar.

          Dia memerhantikan ranselku yang cukup tebal, '' Wow kalimantan, didalam apa isinya? Kamu tidak bawa orangutankan? ''

          Keningku mengerut, maksudnya apasih? kok tanya gitu.

          '' Hahahaha..... '' ia tertawa. ''  Canda mas, biasa... lagi galau, dari tadi nungguin kurir bawa nasi bungkus nggak datang-datang, aku curiga sudah dimakannya tadi dijalan, ''

          Aku tersenyum geli untuknya. '' Tasku isinya Cuma baju ma dompet. Kurir itu mungkin lagi kena macet kali, ''

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun