Mohon tunggu...
USMAN HERMAWAN
USMAN HERMAWAN Mohon Tunggu... Guru - Belajar untuk menjadi bagian dari penyebar kebaikan

BEKAS ORANG GANTENG, Tangerang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hafsah

23 September 2020   10:53 Diperbarui: 23 September 2020   11:07 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Bontokape membisu. Malam membawanya pada pusaran waktu yang diam. Senyap. Jalan provinsi belasan meter di belakang rumah Hafsah tanpa deru kendaraan bermotor. Segala binatang malam tak menunjukkan eksistensinya. Malam memang tengah menunjukkan jati dirinya. Namun angin lembut diam-diam seperti mengantar resah pada batin Hafsah. 

Kedua matanya yang lelah dipaksakannya untuk tidak terpejam. Sudah lewat setengah jam dari waktu yang dijanjikan Jupri belum juga mengirim pesan, SMS. 

Hafsah gelisah, SMS yang dikirimnya tak juga mendapat balasan. Akhirnya sampailah pada keputusan bahwa dia harus segera pergi malam ini, tanpa pamit. Dia meyakinkan diri bahwa Jupri akan menepati janjinya. Dia berharap Jupri telah berada di gardu ronda sisi jalan raya. Gardu ronda itu diketahuinya lama tak terpakai karena telah dibangun gardu baru di tempat lain. Lagi pula dalam beberapa  bulan terakhir keadaan kampung aman, sehingga warga tak merasa perlu untuk meronda. Kemungkinan ada orang keluyuran sangat kecil.

Ibu-bapaknya tengah lelap, juga kedua adiknya. Ini saat yang baik baginya untuk angkat kaki. Disandangnya tas berisi sedikit salinan dan barang yang dibutuhkannya. Perlahan dibukanya pintu kamar. Langkahnya diupayakan tanpa suara. Pintu samping  dibuka pelan-pelan agar tak menderit. 

Terbuka.   Baru beberapa meter keluar rumah kuda pacu milik bapaknya mendadak meringkik. Jantungnya berdetak cepat. Dia berharap ibu-bapaknya tidak terbangun. Dia mengendap-ngendap sambil terus melangkah khawatir kepergiannya ada yang melihat. Langkahnya dipercepat. Tak sampai sepuluh menit, tibalah dia pada tempat yang dituju.

Benar, kekasihnya itu telah menanti sejak tadi. Tanpa banyak cakap Jupri langsung menstarter hondanya dan Hafsah membonceng berpegangan erat. Jupri tancap gas. Dalam sekejap keduanya telah meninggalkan kawasan Bontokape. Jalan berkelok ke arah kota Bima lengang. Dengan leluasa Jupri meliuk-liukkan laju sepeda motornya. Pegangan Hafsah kian kencang, didekapnya badan Jupri erat-erat seakan dia tak mau terpisah dari lelaki yang dicintainya sejak lama itu. Goncangan angin dingin yang melintasi tambak garam sepertinya gagal memisahkan keduanya.     

Dengan menempuh cara ini berarti Hafsah telah melakukan pembangkangan yang nyata terhadap ibu-bapaknya. Dia pun mencari pembenaran bahwa dirinya berhak menentukan pilihan tanpa harus dilarang-larang. Lagi pula cara ini jamak dilakukan muda-mudi jika cinta tak direstui orang tua.  

Keputusan kontroversi ini dipastikan akan mengundang kemarahan, kekecewaan, aib, juga keprihatinan orang-orang di lingkungannya yang berkeberatan dengan pilihannya, terutama ibu-bapaknya. Risiko ini disadarinya benar. Di matanya Jupri adalah sosok ideal yang mampu mengisi ceruk sepi dalam batinnya. Cinta kadung mendarah daging. Ya, cinta memang harus diperjuangkan, pikirnya.

Bagi kedua orang tuanya, Jupri adalah sosok yang serba meragukan. Di mata mereka, Jupri serba minus. Bagaimana bisa mereka mengikhlaskan anak kesayangan yang sudah dibiayai dengan jerih payah hingga lulus SMA. Pendidikan Jupri di bawah Hafsah. Yang paling mendasar adalah sikap laku Jupri yang dinilai tak punya tata krama dan nakal. Terhembus kabar bahwa Jupri pernah terlibat kasus kriminal. Hafsah tidak peduli dengan semua itu. Hafsah tetap memilih Jupri. Ibu-bapaknya berharap Hafsah berjodoh dengan sepupunya yang baru diangkat jadi pegawai  negeri sipil di Sape.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun