Mohon tunggu...
Usman Bima
Usman Bima Mohon Tunggu... Ilmuwan - profesi sebagai dosen tetap pada STIS Al-Ittihad Bima

Data Diri: Nama: Usman, M. Pd. Tempat tanggal Lahir: Bima, 31 Agustus 1981 Profesi: Dosen Tetap pada STIS Al-Ittihad Bima Hobi: Membaca

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pesta Demokrasi sebagai Ajang Perjudian

23 Februari 2024   05:05 Diperbarui: 23 Februari 2024   05:14 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber (Diskominfo Kabupaten Bima)

Sumber (media KPU Kab. Bima)
Sumber (media KPU Kab. Bima)

Menurut Gramsci partai politik adalah alat bagi kelas pekerja untuk menyatukan teori dan praktek. Teori muncul dari partai dan dalam rangka merespons problem yang dihadapi oleh massa teroganisir. Hegemoni menunjukkan sebuah kepemimpinan dari suatu negara untuk menjadi kekuatan hegemonik. Ia menunjukkan dominasi yang diklaim oleh negara, ia menunjukkan sebuah kepemimpinan dari suatu negara yang berhubungan dengan kepemimpinan.

Pejudi sangat menentukan kemenangan para calon dalam Pilkada. Ia sebagai pendukung pendekatan partai politik terhadap para pemilih. Meskipun pada awalnya partai politik bisa menjadi lembaga yang menghemoni masyarakat sebab dia menentukan segalanya dalam kontestasi kemenangan dan kekalahan pasangan calon. Semua kepemimpinan berawal dari hasil konstestasi Pemilu.

Partai politik menjadi tidak berarti jika dia dikendalikan oleh para pejudi dan pebotoh dalam pertarungan Pilkada. Keberadaan partai politik menjadi simbolik saja, sebab perannya diambil para pejudi dan pebotoh. Disini terjadi perpindahan hegemonik dari lembaga partai politik berpindah ke para pejudi pebotoh.

Pada negara berkembang, seperti Indonesia, bahwa para pejudi dan pebotoh berpengaruh besar terhadap hasil demokrasi. Apalagi dalam kontestasi Pilkada kemenangan dan kekalahan Pilkada tergantung pasar taruhan yang diciptakan dan dikendalikan para pejudi dan pebotoh, misalkan di mana para pejudi mempertaruhkan yang besar maka kemungkinan hasil pemilihan akan terjadi, hal ini biasanya lebih akurat daripada setiap jajak pendapat pra-pemilihan.

Pejudi dan pebotoh bisa menghegemoni sebuah daerah atau negara jika piranti demokrasi belum tertata rapi sebagaimana idealnya negara demokrasi. Masyarakat menjadi tumbal demokrasi sebab dia yang melaksanakan Pilkada dengan tujuan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, tetapi pada prakteknya keberadaan Pilkada dikendalikan oleh pejudi dan pebotoh.

Hal ini membawa dampak pemerintahan daerah satu tahun paska Pilkada tidak menghadirkan kesejahteraan dan kemakmuran, tetapi pemenang akan tunduk pada perintah para pejudi dan pebotoh. Yang mendapat celaka adalah masyarakat lagi, yaitu mereka tidak bisa memperoleh tujuan demokrasi. Demokrasi hanya menjadi dramaturgi bagi negara untuk menghasilkan pemimpin, prakteknya yang menang pejudi dan botoh.

PENULIS: USMAN, M. Pd.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun