Mohon tunggu...
Usep Saeful Kamal
Usep Saeful Kamal Mohon Tunggu... Human Resources - Mengalir seperti air

Peminat masalah sosial, politik dan keagamaan. Tinggal di Depok.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Gus Muhaimin dan Politik Ekologi PKB

18 November 2019   09:18 Diperbarui: 20 November 2019   09:06 871
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai orang yang tinggal di Depok, akhir-akhir ini penulis merasakan "sengatan" suhu panas dengan temperatur yang melebihi kebiasaan. Bahkan berdasarkan pengukuran suhu pada smartphone, suhu udara di wilayah tempat tinggal tak jarang nyaris mencapai 36 derajat celcius.

Tidak hanya di Depok ternyata, panasnya suhu diluar kebiasaan itu penulis alami di Jakarta sebagai tempat beraktivitas kerja sehari-hari. Pernah suatu saat, menurut informasi yang didapat dari aplikasi yang terpasang di smartphone suhu Jakarta mencapai 37 derajat celcius.

Saking panasnya suhu diluar, sampai-sampai dinginnya AC yang terpasang di kereta listrik yang biasa penulis gunakan sama sekali tidak berasa. Walhasil, meski kondisi gerbong yang tidak terlalu berdesakan, kami pun kipas-kipas tubuh dengan media seadanya meminimalisir cucuran keringat.

Tidak hanya soal temperatur suhu. Akhir-akhir ini Indonesia sering mengalami perubahan siklus musim hujan sehingga mengalami musim kemarau yang lebih panjang. Dulu, setiap kali memasuki bulan berakhiran ber (September dan seterusnya) hampir dipastikan pada bulan itu memasuki musim hujan. Tidak demikian dengan sekarang.

Selain siklusnya yang berubah, musim hujan yang dialami Indonesia akhir-akhir ini selalu tidak merata. Masuknya musim hujan di pulau Jawa belum tentu dialami pulau Kalimantan dan lainnya. Begitupun sebaliknya. Tak jarang bila di luar Jawa beberapa wilayah mengalami bencana banjir, di Jawa malah alami bencana kekeringan.

Selanjutnya, penulis yang dilahirkan di Pangalengan sebagai kawasan dataran tinggi Kabupaten Bandung bagian selatan yang dikenal penghasil sayur mayur, bila berlibur ke sana nyaris tidak bisa merasakan kesejukan seperti 10 bahkan 20 tahun lalu. Disana pun kini bila siang panasnya minta ampun.

Kini, hawa dingin yang ekstrim justeru dirasakan bila memasuki musim kemarau. Saking dinginnya bisa menimbulkan bibir pecah-pecah dan kulitpun nampak kering dan kasar. Walhasil penulis hanya bisa bertahan tinggal di sana kurang dari satu minggu.

Tidak hanya di Pangalengan, Kota Bandung, Ciwidey, Lembang yang dahulu dikenal sejuk kini dikeluhkan warganya karena kawasan tersebut sudah suhunya sudah berubah panas. 

Dulu, bila berkunjung sore hari ke sana, jangan sampai ketinggalan memakai sweater bahkan jaket tebal demi menghindari suhu dingin. Sekarang tidak begitu.

Kasus lainnya, beberapa hari yang lalu Depok mengalami hujan es disertai dengan angin kencang yang merubuhkan pohon bahkan material bangunan. Bahkan angin kencang yang mengarah kepada angin puting beliung sekarang bukan lagi barang langka di Depok bahkan di wilayah lainnya.

'Ala kulli hal, semua keadaan itu konon disebabkan oleh perubahan iklim yang dialami seantero penduduk dunia, tidak hanya dialami di Indonesia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun