Mohon tunggu...
Usep Saeful Kamal
Usep Saeful Kamal Mohon Tunggu... Human Resources - Mengalir seperti air

Peminat masalah sosial, politik dan keagamaan. Tinggal di Depok.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Gus Muhaimin, Salaman, dan Pose Bareng Muktamirin

27 Agustus 2019   18:30 Diperbarui: 27 Agustus 2019   18:49 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diksi ini yang paling sering terlontar baik dari Gus Muhaimin sendiri maupun para punggawanya yang diberikan tugas memimpin forum-forum mulai dari rapat pleno, rapat komisi, munas alim ulama dan forum rapat lainnya.

Selain diksi ini menjadi salah satu kata dalam tema muktamar yakni "Melayani Ibu Pertiwi", memperbanyak ucapan "melayani" boleh jadi salah satu cara dari iktiar Gus Muhaimin dan stakeholder PKB menanamkannya ke alam bawah sadar muktamirin yang mayoritas pengurus disemua tingkatan bahwa ber-PKB sejatinya melayani umat, bukan mencari posisi atau jabatan.

Momentum salaman satu-satu peserta dilanjut foto bareng yang diceritakan tadi adalah praktek nyata Gus Muhaimin terhadap diksi "melayani". 

Secara tidak langsung beliau praktekkan fungsi pemimpin yang sejatinya melayani siapapun yang dipimpinnya tanpa membedakan latar belakang apapun.

Melayani warga, simpatisan dan pengurus PKB dibawah kepemimpinannya meski hanya melalui jabat tangan dan foto bareng adalah proses yang sedang ingin ditunjukkan Gus Muhaimin dari internal menuju ke tahap ekternal dengan wilayah yang lebih luas "Melayani Ibu Pertiwi".

Bukan Gus Muhaimin namanya bila tak melakukan sesuatu "out the box", diluar kebiasaan banyak orang. Penulis kira, baru Gus Muhaimin yang berani dan bersedia menyalami dan foto bareng dengan ribuan warganya satu persatu secara bergiliran pada forum besar seperti muktamar atau istilah lain di partai politik yang lain.

Bisa kita bayangkan, berapa lama waktu yang dibutuhkan dan stamina yang disiapkan. Durasi waktu tujuh detik yang disediakan perorang dengan jumlah peminat seribu lima ratus orang dari jumlah 3.000 peserta muktamar, maka waktu yang harus dilalui nyaris 3 jam.

Dengan estimasi waktu kurang 3 jam atau bahkan lebih karena terjadi problem teknis, Gus Muhaimin  mampu melaluinya dengan penuh senyuman dari awal hingga akhir. Nyaris tidak nampak rona lelah, tetap fresh. Entah karena sambil diiringi performance (penampilan) artis Nella Karisma, tapi penulis kira bukan hanya karena itu.

Penulis hanya bisa membayangkan betapa besarnya energi positif yang terpancar dari ribuan orang tadi yang didasari "kebahagiaan" dalam venue muktamar. Penulis haqul yakin, limpahan energi postitif itu beralih ke energi positifnya Gus Muhaimin sehingga ia nampak bugar.

Proses itu boleh jadi relevan dengan apa yang disebut Isaac Newton sebagai hukum kekekalan energi. Dimana di dalam tubuh manusia tersimpan sumber energi yang tak terbatas. Lebih dari itu, setiap energi yang dilepaskan tubuh baik energi positif maupun energi negatif sejatinya ia tidak akan hilang dalam kehidupan kita.

Apa yang diyakini Newton tentu menjadi keyakinan penulis, bila energi yang dipancarkan tubuh kita adalah energi positif, maka kita akan kembali menerima energi positif. Sebaliknya, bila energi negatif yang kita pancarkan maka yang akan kembali adalah energi negatif pula. Semua itu tidak akan berubah kedudukannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun