Mohon tunggu...
Ismail Marzuki
Ismail Marzuki Mohon Tunggu... Dosen - Hidup ini layaknya cermin, apa yang kita lalukan itulah yang nampak atau kita hasilkan

Memiliki banyak teman adalah kebahagiaan yang tak terkira. Senyum selalu dalam menjalani hidup akan memberi makna yang membekas dalam tiap bait hari-hari

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajarlah Memahami Keinginan Anda!

11 Juni 2020   14:38 Diperbarui: 11 Juni 2020   14:39 877
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun, sering kita temukan di sekeliling kita, keinginan sekedar keingian. Tidak ada realisasinya. Fenomena ini bisa dikatakan keluhan. Maka wajarlah Allah menegur kita semua dalam firmannya yang artinya "Manusia itu sering berkeluh kesah".  Selama keinginan itu tidak ada realisasinya dalam tindakan, maka itu yang dinamakan keluh-kesah. Semoga Anda bukan orang yang selalu berkeluh-kesah.

Kita mungkin tidak bisa hitung  di setiap harinya. Betapa banyak keinginan kita. Mulai dari saat kita bangun di situlah kita ingin mencuci muka. Saat merasa gerah disitulah timbul keinginan untuk mandi. Saat lapar terasa, disitulah keinginan untuk makan, dan seterusnya. Dapat dikatakan tidak ada manusia yang tidak memiliki keinginan. Karena keinginan selalu berkaitan dengan kebutuhan. Mulai dari kebutuhan dasar sampai kebutuhan-kebutuhan yang lain.

Pada topik ini, saya mengajak Anda untuk merenungkan apa sih keinginan terbesar Anda? silahkan Anda jawab dengan serius (............).

Jika Anda betul-betul menginginkannya maka bertekadlah dan serisulah. Mulai detik ini berfokuslah pada apa yang Anda inginkan bukan yang tidak Anda inginkan.

Mungkin Anda ingin jadi guru yang hebat dan inspiratif. Anda ingin jadi pengusaha. Anda ingin menjadi siswa atau mahasiswa yang lulus dengan predikat comloude (terbaik). Maka putuskan mulai detik ini dan seterusnya sampai Anda betu-betul sampai pada apa yang sudah Anda inginkan.

Jika Anda tidak berfokus pada keinginan Anda, maka yang terjadi adalah kekecewaan. Tentu dalam perjalananya Anda akan dihadapi dengan dua kemungkinan yaitu kemudahan atau kesulitan. Itu sudah menjadi hukum kehidupan yang harus Anda hadapi.


Namun ketahuilah "Bersama kesulitan ada kebutuhan". Tugas terbesar Anda adalah merawat jalan (bertindak-berdoa-bertindak) menuju keinginan (cita-cita atau hasrat) yang telah mengganggu Anda selama ini. Jangan sampai ada kata menyerah dalam kamus kehidupan Anda.

Anda harus sadar bahwa keinginan akan tetap menjadi keinginan atau mimpi apabila Anda tidak segera bertindak. Pesan Allah sangat jelas dalam Al-Quran yang artinya "Bertebaranlah di muka Bumi untuk mencarai rizki". Ayat ini mensyaratkan bahwa Anda harus terus bergerak setelah berniat, bertekad, bercita-cita, bermimpi dan berharap. Tindakanlah yang menentukan seberapa besar keinginan itu.

Apabila Anda hidup dalam dua hal yaitu keinginan dan tindakan maka kata sukses Anda akan semati. Mungkin itulah semoboyan yang harus dikatakan untuk menyatukan antara keinginan dan tindakan.

Setiap orang percaya dengan keinginannya. Dapat dikatakan setiap orang meyakini dengan keinginannya. Namun tidak sedikit dari kita juga tidak percaya dengan keinginan kita. Karena keinginan adalah anugerah yang diberikan Tuhan sebagai peluang yang harus dijemput dan dilaksanakan.

Beratnya sebuah keinginan terletak pada proses merealisasikannya. Terkadang manusia terlalu percaya dengan kemampuannya yang di miliki padahal ada kekuatan yang lebih tinggi yang akan memuluskan keinginan itu yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Maka wajarlah orang yang terlalu percaya pada kemampuanya menyerah begitu saja di tenagah jalan saat merasa tidak mampu lagi. Imam Ibnu Athoillah pernah berkata "Orang yang mengandalkan kemampuannya, itu tanda kurangnya berharap kepada Allah (Tuhan-Nya" (lihat dalam kitab Al-Hikam).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun