Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, DKM Al-Ikhlas, masjid di perumahanku, mengisi 10 malam terakhir bulan Ramadhan dengan acara Itikaf bareng.
Sepuluh malam terakhir Ramadhan adalah primetime untuk beribadah, karena di antara sepuluh malam itu ada yang super super super istimewa, yaitu Lailatul Qadar, atau sering disebut malam seribu bulan.
Di malam itu, nilai waktu-waktu di dalamnya, dinilai Allah SWT lebih baik dari nilai seribu bulan di malam biasa.
Tentu saja, bagi seorang Muslim yang yakin pahala adalah bekal utama nanti di yaumil akhir (akhirat), peluang mendapatkan pahala berlipat seribu kali sangat menggiurkan.
Tak heran kalau kemudian di berbagai tempat banyak Muslim yang menghidupkan malam (tidak tidur) dengan melakukan berbagai amal ibadah. Itikaf adalah wasilah untuk melakukan berbagai ibadah tersebut.
Di tahun ini, program itikaf DKM Al-Ikhlas salah satunya diisi dengan belajar Tahsin, atau memperbaiki dan memperbenar bacaan al-Quran.
Mengapa membaca al-Quran harus benar?
Huruf Arab, huruf yang digunakan dalam al-Quran, berbeda dengan huruf-huruf lain. Setiap hurufnya mempunyai makhroj (jalan keluar suara) yang berbeda-beda.
Kesalahan mengucapkan huruf, kesalahan dalam memanjangkan atau memendekkan bacaan, menambah atau menghilangkan satu huruf dalam satu kalimat, semuanya dapat mengubah arti atau makna kalimat tersebut.
Perubahan arti ini bisa bertolak belakang dengan arti yang sebenarnya. Ini bukan hal sepele, karena al-Quran adalah firman Allah SWT.