Saya pernah menulis tentang kehebatan si ChatGPT AI di artikel berjudul 'Tips Menulis Ala ChatGPT'. Saat itu saya terkagum-kagum dengan 'kecerdasan' si ChatGPT yang mampu menjawab pertanyaan saya.Â
Saya mengajukan tiga pertanyaan; 'Apa yang harus saya lakukan jika saya kehilangan ide untuk menulis?', 'Kapan waktu yang tepat untuk menulis?', dan 'Bagaimana cara menghindari kesalahan saat menulis?'
Masing-masing pertanyaan dijawab dengan cepat (kurang dari 2 menit) dan tepat, dengan kalimat sederhana yang enak dibaca, tidak seperti terjemahan Google/translate. Walaupun jawabannya tersebut sangat normatif, atau jawaban yang teoritis.
Hari ini saya mencoba 'ngobrol' lagi denga si ChatGPT. Kali ini saya ingin tahu informasi apa yang dimiliki si ChatGPT tentang saya. Maka saya mengajukan pertanyaan, 'Jelaskan tentang Urip Widodo Tasikmalaya'.
Jawaban si ChatGPT adalah, 'Maaf, saya tidak dapat menemukan informasi yang spesifik mengenai "Urip Widodo Tasikmalaya" dari sumber-sumber terpercaya. Bisa Anda memberikan informasi lebih detail mengenai siapa Urip Widodo Tasikmalaya yang dimaksud sehingga saya dapat memberikan penjelasan yang lebih akurat?'
Lalu saya kasih petunjuk, 'Urip Widodo Penulis'.
Jawaban si ChatGPT: 'Terima kasih untuk informasinya. Namun, saya masih belum menemukan informasi yang spesifik mengenai Urip Widodo sebagai penulis. Ada banyak penulis yang menggunakan nama "Urip Widodo", dan saya tidak tahu apakah Anda merujuk pada seseorang yang spesifik. Apakah Anda memiliki informasi tambahan, seperti judul buku yang ditulis oleh Urip Widodo atau topik yang ia tulis? Dengan informasi tersebut, saya bisa memberikan penjelasan yang lebih akurat tentang Urip Widodo sebagai penulis.'
Walaupun saya kecewa, saya bisa memaklumi jawabannya seperti itu. Karena memang -- mungkin -- saya tidak seterkenal yang saya bayangkan, sehingga si ChatGPT 'mengenal' saya.
Namun jawaban berikutnya menunjukkan si ChatGPT ini 'ngaco'. Untuk lebih memberi petunjuk ke si ChatGPT, saya lalu menulis, 'penulis buku Luka dari Badar'. Karena memang saya pernah menulis buku dengan judul 'Luka dari Badar'.
Dan jawaban si ChatGPT adalah, 'Penulis buku "Luka dari Badar" adalah Hilman Hariwijaya. Buku ini merupakan sebuah novel sejarah yang mengangkat kisah perang Badar pada masa awal Islam.
 Dalam buku ini, Hilman Hariwijaya menggambarkan situasi dan kondisi sosial-politik pada masa itu, serta memperkenalkan beberapa tokoh penting dalam sejarah Islam seperti Nabi Muhammad, Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Ali bin Abi Thalib. Buku ini juga menggambarkan detail pertempuran Badar, bagaimana strategi dan taktik yang digunakan oleh masing-masing pihak, serta dampak dari kemenangan tersebut terhadap perkembangan Islam pada masa selanjutnya.
 "Luka dari Badar" banyak diapresiasi oleh pembaca dan kritikus sebagai sebuah karya fiksi sejarah yang informatif dan menghibur. Dalam novel ini, Hilman Hariwijaya berhasil menggabungkan fakta sejarah dengan imajinasi yang kreatif, sehingga tercipta sebuah kisah yang mengesankan dan membawa pembaca ke dalam suasana perang Badar yang intens dan dramatis.'
Tentu saja saya kaget dengan jawaban si AI tersebut. Yang saya tahu Hilman Hariwijaya adalah penulis novel serial Lupus, yang sempat jadi idola di era tahun 90an.
Penasaran apakah benar Hilman Hariwijaya pernah menulis buku dengan judul 'Luka dari Badar', saya kemudian melakukan pencarian di Google. Saya ketik di kotak yang tersedia 'buku Luka dari Badar'. Setelah saya enter, yang keluar adalah beberapa informasi tentang buku 'Luka dari Badar' karya saya. Tidak ada satu pun informasi yang menunjukkan bahwa Hilman Hariwijaya adalah penulis buku 'Luka dari Badar'.
Ternyata si Cerdas ChatGPT tidak secerdas yang digembar-gemborkan. Buktinya dia ngaco saat menjelaskan informasi tentang buku 'Luka dari Badar'.