Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Childfree, Satu Strategi dari Sebuah Konspirasi

14 Februari 2023   15:56 Diperbarui: 14 Februari 2023   15:59 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kampanye childfree/sumber: kompas

Menurut data terkini yang ditampilkan secara real time oleh World Population Review, jumlah penduduk dunia telah mencapai 8.005.176.000 jiwa per Rabu (8/2/2023). Alias telah melebihi 8 milliar.

Jumlah itu memang sudah diprediksi sejak abad ke-17 silam. Konon, pada tahun 1679, seorang ilmuwan dan penemu mikroskop, Antoni van Leeuwenhoek, memprediksi bahwa Bumi dapat mendukung kehidupan 13,4 miliar orang.

Pertanyaannya, sanggupkah planet bumi menampung populasi sebanyak itu, dan sangat mungkin akan bertambah terus?

Pertanyaan tersebut memunculkan kekhawatiran -- bahkan ketakutan -- bagi 'sekelompok orang' bahwa di suatu waktu akan terjadi krisis yang disebabkan ketidaksanggupan bumi menampung jumlah manusia yang hidup di atasnya.

Krisis itu tentu saja dapat berupa kelangkaan sumber makanan, keterbatasan lahan, kehabisan sumber alam, dan kelangkaan air.

Tentu saja 'sekelompok orang' yang tidak mau kehidupannya yang nyaman terganggu. Baik sekarang maupun nanti, karena mereka pun tidak mau anak keturunan mereka hidup menderita.

Lantas 'sekelompok orang' ini membaca sebuah buku berjudul "How Many People Can the Earth Support?", yang ditulis oleh seorang ahli biologi matematika Joel Cohen. Dalam buku tersebut, Cohen menyebutkan tiga cara untuk mencegah bertambahnya populasi manusia di bumi, yakni dengan meningkatkan teknologi, memperlambat pertumbuhan penduduk, dan mengubah budaya global.

"Mempromosikan akses terhadap kontrasepsi, mengembangkan ekonomi, menyelamatkan anak, memberdayakan perempuan, mendidik laki-laki, dan melakukan semuanya sekaligus," tulis Cohen di buku tersebut.

Mereka pun -- 'sekelompok orang' itu -- menyepakati apa yang diuraikan Worldwatch Institute, sebuah think tank lingkungan. Bahwa bumi idealnya menyediakan lahan seluar 1,9 hektar untuk per-orang, untuk menumbuhkan tanaman (sebagai sumber makanan) dan tekstil untuk pakaian, serta untuk memasok kayu dan menyerap limbah.

Dari perhitungan tersebut, 'sekelompok orang' ini menghasilkan satu kesimpulan, yaitu bumi idealnya dihuni hanya 1,5 Milliar orang saja.

Jumlah 8 Milliar saat ini bagi mereka sudah keterlaluan, melebih 5 kali batas yang mereka idealkan. Oleh karenanya mereka kemudian membuat Gerakan Pembatasan Populasi Bumi.

Mengikuti apa yang ditulis Joel Cohen, gerakan mereka mengerucut pada dua program; pengurangan populasi penduduk bumi dan pembatasan kelahiran manusia.

Mungkin Anda -- terutama yang bukan penganut teori konspirasi -- menganggap saya terlalu berhalu. Tapi no problem, itu hak Anda.

Namun, (halu) saya menafsirkan dari beberapa fenomena, berita, aksi yang terjadi selama ini di dunia, adalah bagian dari skenario 'sekelompok orang itu' dalam menjalankan program mereka.

Sebenarnya bakal panjang apa yang ingin tulis ini, tetapi berkaitan topik pilihan dari Kompasiana, saya batasi saja.

Dan, (halu) saya mengatakan Childfree adalah bagian dari program mereka untuk membatasi kelahiran manusia.

Beberapa bulan ke belakang kita baru 'ngeh' ada yang Namanya childfree. Namun -- sekali lagi halu -- saya meyakini 'isme' childfree ini sudah dirancang bertahun-tahun yang lalu.

Rancangan mereka adalah menjadikan childfree sebuah life style yang akan dibanggakan oleh penganutnya. Terserah nanti para penganut isme childfree ini beralasan. Apakah karena kesibukan, ingin awet muda, tidak mau direpotkan anak, atau alasan-alasan lainnya. Tujuan utama dari 'sekelompok orang' itu adalah TIDAK ADA LAGI MANUSIA YANG LAHIR.

Selamat menikmati halu saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun