Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Tekor

24 April 2022   09:01 Diperbarui: 24 April 2022   09:07 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sesuai skedul yang sudah diumumkan, hari ini adalah hari perhitungan. Setiap manusia yang sudah menjalani perjalanan panjang, menelusuri jalan kehidupan di dunia, akan diminta laporan, apa saja yang sudah dilakukan selama perjalanan panjang tersebut, perbuatan baikkah atau perbuatan dosa. Semuanya akan dihitung, tanpa ada yang terlewat sedikitpun.

Perhitungannya akan dilakukan dengan perbandingan. Akan ada reward dan punishment tergantung hasil perbandingannya. Jika perbuatan baik lebih banyak dibanding perbuatan dosa, maka seorang manusia itu akan dipersilahkan untuk memasuki Taman Kenikmatan. Sebuah tempat yang tiap jengkalnya dipenuhi dengan berbagai kesenangan. Orang yang tinggal di dalamnya tinggal menjetikkan jari untuk menikmati apa pun yang diinginkannya.

Sebaliknya, apabila perbuatan dosanya yang lebih banyak, maka seorang manusia itu akan dilempar ke Lembah Kesengsaraan. Sebuah tempat yang tiap jengkalnya dipenuhi kesakitan. Kesakitan yang belum pernah ada yang merasakannya di dunia. Konon, kesakitan yang paling rendah di lembah tersebut adalah berupa sandal yang terbuat dari besi panas, yang apabila seseorang memakainya maka otak di kepalanya akan menggelegak, mendidih.

Aku sudah bersiap, sejak dini hari, dengan tas-tas besar berisi perbuatan baikku. Dua tas di tangan kiriku. Satu berisi perbuatan baikku kepada teman-teman sekantor, sesekolah, sekampus, sekampung, dan siapapun yang berinteraksi denganku. Satunya lagi berisi perbuatan baik karena aktivitas sosialku, menyantuni anak yatim, sedekah tiap hari jum'at, donasi ke lokasi bencana, dan lain-lain. Aku tersenyum melihat kedua tas itu.

Sementara tangan kananku menggenggam tiga tas, penuh dengan perbuatan baik karena telah melaksanakan berbagai ibadah, baik ibadah yang wajib maupun yang sunah. Ibadah fisik maupun ibadah hati.

Ditambah seransel besar, yang bertengger di punggungku, penuh berisi perbuatan baik karena aku telah berdakwah, mengajak pada kebaikan dan mencegah kemungkaran terjadi, melalui lisan maupun tulisan.

Dengan lima tas besar plus ransel tersebut aku melangkah pasti menuju ruangan sidang perhitungan. Aku menoleh ke kiri dan ke kanan, kulihat orang-orang sama bergegasnya denganku, dengan bawaan masing-masing. Aku tersenyum sinis pada seorang bapak di sebelah kananku yang hanya membawa satu tas kecil.

Tibalah saat namaku dipanggil oleh Sang Pengadil. Dengan percaya diri aku serahkan kelima tas dan ranselku. Beberapa waktu diperlukan untuk memverifikasi perbuatan baikku. Dan alangkah berbahagianya aku saat mendengar bahwa perbuatan baikku lebih banyak daripada perbuatan dosaku. Tuhan, Sang Pengadil, menetapkanku layak masuk ke Taman Kenikmatan. Dia segera memerintahkan asistenNya, Malaikat Ridwan, untuk mengantarkanku.

Namun, baru beberapa langkah, hendak meninggalkan ruang sidang, tiba-tiba seseorang berteriak. "Tuhan! Aku mau protes."

Seorang lelaki, seumuran denganku, mengacungkan tangan. Sang Pengadil segera menghentikanku dan menyuruhku kembali ke ruang sidang.

"Apa yang ingin kau sampaikan?" tanya Sang Pengadil.

"Orang itu pernah sekantor denganku. Suatu hari dia memarahiku di depan orang banyak. Dia telah menyakiti hatiku, aku tidk rido dia masuk Taman Kenikmatan," ujar Orang tadi seraya menunjukku.

Saat Sang Pengadil mengkonfirmasi, aku pun mengangguk, aku ingat memang telah melakukan apa yang dia laporkan.

"Kalau begitu, serahkan sebungkus kebaikanmu padanya!" Sang Pengadil memutuskan.

Dengan berat hati kuturuti perintahNya. Orang itu menerima dengan senang.

Tiba-tiba terdengar lagi yang berteriak, "Tuhan, aku pun mau protes. Dia pernah pinjam uangku dan sampai sekarang belum membayar."

Disusul teriakan yang lain, "Tuhan, dia pernah menuduhku mencuri, padahal aku tidak mencuri. Aku mau menuntut, Tuhan."

"Tuhan, dia pernah memfitnahku," seru yang lain.

Dan, ternyata yang menuntutku tidak sedikit. Melihat wajah para penuntutku mengingatkanku akan kesalahan-kesalahan yang aku perbuat kepada mereka. Aku pun tidak dapat mengelak dari tuduhan mereka. Apalagi Sang Pengadil punya catatan terperinci rekam jejak perjalananku di dunia. Mustahil aku berbohong dengan mengatakan tidak melakukan apa yang mereka tuduhkan.

Sebagaimana keputusan yang pertama, Sang Pengadil memintaku menyerahkan kebaikan-kebaikanku sesuai kesalahanku pada mereka yang menuntutku.

Dengan hati masygul kukeluarkan sedikit demi sedikit kebaikanku. Saking banyaknya yang menuntut balas, kebaikanku yang sebanyak lima tas besar plus satu ransel habis tidak bersisa sedikit pun. Sang Pengadil pun menahanku memasuki Taman Kenikmatan.

Rupanya orang-orang yang ingin menuntutku, masih banyak. Lagi-lagi aku tidak dapat menyangkal apa yang mereka adukan. Sesaat setelah melihat isi kelima tasku yang kosong, aku mendongak, menghadapkan wajah ke Sang Pengadil.

Sang Pengadil tentu tahu apa isi hatiku, yang bingung harus membayar dengan apa, sementara kebaikanku telah habis.

"Karena tidak ada kebaikan yang dapat kaubayarkan, terpaksa kau harus menerima sekerat dosa dari orang-orang yang menuntutmu." Sang Pengadil memutuskan.

Aku tertegun mendengarnya, tentu saja aku tidak mampu menolak keputusanNya. Sekerat demi sekerat dosa setiap orang yang menuntutku, kuterima dengan wajah kecut. Sedikit demi sedikit dosa dari orang-orang yang pernah kuzalimi, memenuhi tasku. Dan akhirnya, kelima tas besarku penuh dengan dosa.

"Kau tidak pantas lagi memasuki Taman Kenikmatan, kau hanya pantas dimasukkan ke Lembah Kesengsaraan." Sang Pengadil memutuskan.

Dan, Malaikat Ridwan pun menyerahkanku pada Malikat Malik, untuk dijerumuskan ke Lembah Kesengsaraan. Dengan penuh penyesalan aku pun melangkah. Aku menyesal tidak bertobat dengan tidak meminta maaf pada orang-orang yang pernah kusakiti. Aku jadi teringat perkataan seorang ulama besar, Sufyan Ats-Tsauri.

"Menghadap Allah dengan 70 dosa yang berkaitan dengan Allah, lebih ringan daripada 1 dosa yang berkaitan dengan sesama manusia."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun